Tahukah temans, sempat viral pada tahun 2021 yang dilansir narasi.id, air sungai di Solo berubah menjadi warna warni akibat limbah dari industri tekstil.
Hal ini tentu menjadi satu poin penting yang perlu kita sadari dimana tren fashion yang begitu cepat ternyata tidak ramah akan lingkungan. Ngeri bukan?
Ditengah krisis lingkungan yang semakin mengkhawatirkan, tentu saja selalu ada jalan bagaimana meminimalisir hal demikian. #UntukmuBumiku akan selalu diusahakan bukan agar terlindungi dari segala krisis.
Ada hal yang masih bisa diupayakan untuk menjadikan fashion yang ramah lingkungan tanpa harus mencemari. Belakangan hal menarik muncul adalah penggunaan bahan-bahan alami sebagai jawaban atas masalah limbah tekstil.
Sebagaimana dalam tren fashion 2025, menyebutkan jika saat ini lahir konsep tren "Suistainable Fashion" dengan fokus penggunaan dari bahan-bahan alami, pewarna alami dan tentu saja proses produksi berkelanjutan sehingga memimalkan limbah produksi.
Indonesia yang memiliki kekayaan rempah dan tanaman lokal tentu saja menjadi kunci dalam perjalanan menuju mode yang lebih bermakna dan berkelanjutan sehingga mampu menciptakan gelombang perubahan di industri yang selama ini dikenal sebagai salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia.

Kekayaan Alam Indonesia dalam Dunia Fashion
Indonesia, negeri kita tercinta yang kaya akan rempah dan tanaman, sedari dulu dikenal sebagai surganya para pedagang. Namun belakangan saya menyadari jika kekayaan alam ini tidak hanya berharga untuk bahan kuliner dan pengobatan, namun juga menyimpan potensi luar biasa dalam dunia fashion.
Jauh sebelum pewarna sintetis ditemukan, nenek moyang kita terdahulu telah memanfaatkan berbagai tanaman dan rempah untuk mewarnai kain loh, seperti:
- Kunyit untuk warna kuning keemasan
- Secang untuk merah keunguan
- Daun mangga untuk hijau
- Kulit manggis untuk ungu gelap
Nah warisan pengetahuan ini nyatanya hampir dilupakan saat industri fashion modern beralih ke pewarna sintetis yang meng-klaim lebih cepat dan murah, namun sisi negatifnya menyasar kepada dampak lingkungan yang sangat merugikan.
Saat ini, industri fashion menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia. Pewarna sintetis mencemari sungai, kain non-biodegradable membanjiri tempat pembuangan sampah, dan fast fashion mendorong konsumsi berlebihan.
Di tengah krisis ini, sentuhan rempah dan bahan alami kembali menemukan tempatnya tak hanya sebagai alternatif pewarna ramah lingkungan namun juga penghubung kembali dengan tradisi dan kearifan lokal yang mungkin sudah kita lupakan.
Fashion Reimagined: Upcycling Waste into Wearable Art
![]() |
source:materi Online Gathering #EcoBloggerSquad |
Dalam acara yang berlangsung selama 2 jam ini memberikan tambahan pengetahuan bagi saya dengan diundangnya 2 narasumber yang sangat menginspirasi, yaitu:
1. Kak Margaretha Mala selaku Ketua Yayasan Tenun Endo Segadok
2. Kak Novieta Tourisia selaku founder Cinta Bumiartisans
Acara yang dipandu oleh host kesayangan Kak Ocha ini membuat saya duduk betah selama 2 jam meski memang sinyal wifi yang kurang bersahabat karena beberapa kali saya terpental dari room meski tak lama bisa bergabung kembali.
Tak menghilangkan minat saya untuk mendengarkan bagaimana inspirasi dari para ahli yang membuat saya terkesima, ya ampun kemana saja sih saya selama ini? bahkan ada yayasan Tenun dan Cinta Bumiartisans yang terus bergaung hingga kini.
Tenun Endo Segadok: Merangkai Tradisi dengan Sentuhan Alam
Apa yang temans fikirkan ketika mendengar kata Tenun? saya kira kegiatan tenun sudah punah loh karena sebagai tradisi yang mungkin sudah tidak dilirik lagi tapi nyatanya Kak Margareth bersama yayasan Tenun Endo Segadok masih melestarikannya.
Kegiatan menenenun yang disampaikan oleh Kak Maragretha ini merupakan tradisi suku Dayak Iban. Yang mana menenun oleh suku ini berasal dari lembaran-lembaran benang yang menggunakan pewarna alami.
Coba deh temans bayangkan gimana caranya untuk bisa mendapatkan warna Biru pada kain? ternyata bisa banget loh diambil dari Rengat Padi. Inilah yang dilakukan dalam proses menenun yang disampaikan Kak Margareth.
![]() |
source: dokumentasi Kak Margareth |
Pastinya temans berfikir kan ah kalau dari pewarna alami maka akan cepat luntur bukan? Setelah pemberian warna ga berhenti sampai sini tapi ada proses Nakar/Perminyakan khusus warna biru ini ternyata ga perlu dilakukan Nakar.
Apa sih proses nakar? jadi proses ini merupakan proses pemberian protein yang bertujuan untuk mengikat warna agar tahan lama. Yang menarik dari proses Nakar ini adalah bahan yang digunakannya memanfaatkan lemak-lemak dari hewan loh temans! adapun lemak hewan yang digunakan, diantaranya:
🐾 Labi-labi
🐍 Ular
🐟 Ikan
🐔 Ayam
Selain lemak hewan juga ada kemiri, buah kelapa busuk, buah kelampai, buah jelemuk, buah kedongdong, buah kepayang, kayu pohon jangau, biji-bijian dan bunga-bungaan.
Adapun syarat lain dalam proses Nakar juga diperhatikan banget diantaranya: tidak boleh dilakukan pada saat ada orang meninggal karena benangnya akan menjadi rapuh dan mudah putus, yang mencampur ramuan tersebut harus orang tua yg sudah beruban (umur lebih dari 60 tahun), Wanita yang sedang menstruasi dan hamil tidak boleh melakukan upacara Nakar, Upacara Nakar tidak boleh dilakukan di dalam rumah, Benang yang sudah di Nakar harus dimasukkan kedalam rumah betang dan dijaga sepanjang malam dan tidak boleh dibiarkan tanpa ada yang jaga.
source: Dokumentasi Kak Margareth
Mantap banget ya temans untuk menghasilkan tenunan ini, proses yang lama juga dibutuhkan syarat-syarat khusus. Terlebih lagi menenun ini juga dilakukan oleh kaum perempuan suku Dayak Iban.
"Menenun adalah salah satu syarat untuk menikah, sebagai seorang perempuan harus bisa membuatkan keperluan laki-laki yang akan pergi berperang pada suku dayak Iban zaman dahulu. -Kak Margareth-"
Bagaimana bersedia untuk Adopsi kain tenun dari suku Dayak Iban ini? eits ga sembarang juga loh untuk adopsi. Kak Margareth pun menyampaikan untuk motif-motif sakral perlu diadakan RITUAL agar aman bagi yang adopsinya. Karena meski zaman milenial ini ada dampaknya yakni salah satunya bisa gila. Karena masih dirasakan magis-magis tertentu. Dan jika musim tanam padi tidak dibolehkan menenun sampai ada acara buang pantai dengan mencuci tangan dengan tanah baru bisa kembali ke proses menenun.
Poin penting lain yang menarik selain kegiatan menenun ini adalah kegiatan pelestarian tumbuhan pewarna alam. Terdapat 29 jenis tumbuhan yang sering dimanfaatkan sebagai pewarna alami loh tak hanya rengat padi namun juga ada mengkudu, sibai, rengat akar, buah pinang, kemunting, pepaya, engkerbai, kepapak/laban dll.
Semua tumbuhan ini dikoleksi dalam kebun Etnobotani sebutannya demikian. Di dalamnya terdapat 160 individu tanaman yang tumbuh dan dikelompokkan. Huah buanyak bener bukan? asli saya seantusias itu tahu akan fakta ini loh temans! Untuk lokasinya sendiri ada di Dusun Sadap, Kab. Kapuas Hulu.
Menarik banget yah temans? hingga menghasilkan kain tenun berkualitas membutuhkan proses panjang namun tak luput dari alam yang tersedia. Saya jadi penasaran banget semoga bisa bertemu dengan Kak Margareth lain waktu sehingga bisa langsung belajar.
Cinta Bumiartisans: Upcycling Waste into Wearable Art
Semakin sore acara gathering-nya semakin menarik untuk tidak saya lewatkan. Coba-coba absen dulu nih cung siapa yang sudah dengar tentang Ecoprint? pastinya sudah tidak asing didengar apalagi kalau ada anaknya yang memasuki kurikulum merdeka lalu ada praktek ecoprint di sekolah?
Dan saya adalah salah satu mamak yang pernah support anak untuk praktek ecoprint ini. Namun sayangnya bisa dikatakan hasilnya gagal karena hasil akhirnya bajunya bolong-bolong😂😂😂.
Maka menjawab rasa penasaran saya yang telah GAGAL dalam melakukan ecoprint, siang itu ada Kak Novie dan Kak Hana dari Cinta Bumiartisans untuk mengajak kami peserta gatehring tutorial melakukan ecoprint pada sebuah totebag.
Sebelumnya pernah dengar ga temans dengan Cinta BumiArtisans? jadi Studio Cinta BumiArtisans ini ada di Ubud Bali yang memang concern dalam 3 nilai yaitu kearifan leluhur, keterampilan berkriya dan kreatifitas berkesadaran dengan 2 fokus yaitu edukasi dan penciptaan karya.
Material yang biasa digunakan oleh Cinta BumiArtisans, diantaranya: kain kulit kayu, kain tenun kapas, organik katun, tensel (kain yang diambil dari eucalyptus), serat nanas dari Subang dan cupro yakni dari limbah kulit biji kapas. Dan utamanya dari upcyled (limbah kain) dan yang sangat penting adalah pewarna alami.
Temans pernah ga sih terfikirkan jika lembah dapur seperti kulit bawang merah itu bisa dimanfaatkan untuk dijadikan pewarna alam loh!.
"Kulit bawang dicelup warnanya menjadi keemasan dan untuk biji alpukat bisa menjadi warna pink. Limbah dapur ini biasa diambil dari restoran vegan, limbah dapur tersebut kaya akan tanin dan pigmen warna sehingga bisa difungsikan kembali. -Kak Novie-"
Dalam pembahasannya Kak Novie juga menekankan kategori dengan Suistanable Fashion, diantaranya:
👉 Yang ada di lemari kita
👉 Upcycled, digunakan dari kain yang sudah ada. Tidak perlu ubah bentuk.
👉 Repurposed, menggunakan dari bahan bekas seperti gorden yang sudah lusuh bisa diwarnai dengan warna natural.
👉 Material alami dan etis
👉 Recylcled, perlu bantuan mesin tertentu misalnya kertas dihancurkan terlebih dahulu sehingga memunculkan produk yang baru.
Kira-kira sudah paham ya temans ternyata ada kategori terkait Suistanable Fashion ini. Jadi kalau ada pakaian bekas namun bisa dikreasikan bisa tuh untuk di-Upcycled.
Well, inilah yang saya tunggu-tunggu temans tutorial dari Kak Hana untuk menghias tote bag lewat ecoprint.
Selama tutorial saya menyaksikan dengan seksama dan terjawab sudah mengapa praktek ecoprint yang pernah dilakukan 2 tahun lalu itu gagal total. Motif dari daunnya tidak timbul pokoknya berantakan. Dulu juga daun yang saya pilih adalah daun yang ada di depan halaman rumah 😂😂. *ya sudah dipastikan yah kegagalan yang sempurna*
source: dokumentasi Kak Novie
Ternyata ada daun yang direkomendasikan, Kak Novie menyampaikan jenis daun yang bisa digunakan dalam ecoprint dengan teknik kukus ini diantaranya: daun jati, kersen, harendong, kembang sepatu dan bunga kenikir.
"Pada daun itu, untuk sisi yang atas disebut sun side atau sisi matahari hanya memberikan garis outline tapi warna soft sementara moon side garis-garis tulangnya bisa detail ketika diprint, -Kak Novie-"
Berikut steps ecoprint totebag yang bisa temans coba di rumah yah!
![]() |
source: dokumentasi Kak Novie |
What I Learned: Gathering Online With #EcoBloggerSquad
After attending this gathering, saya benar-benar terinspirasi untuk memulai perjalanan upcycling. Untuk ecoprint saya sendiri belum siap lakukan saat acara berlangsung karena takut gagal lagi wkwkwk. Doakan berhasil yah, nanti diupdate lagi kalau saya sudah berhasil!
Ga cuma itu saja, tapi terfikirkan juga untuk melirik-lirik pakaian yang numpuk di lemari buat upcycling.
Upcycling bukan cuma tentang tampil beda bukan dengan fashion yang unik dan manfaatin alam sekitar. Namun lebih dari itu, tentang bagaimana sih kita bisa mengambil sikap terhadap industri yang sering mengabaikan dampak lingkungan.
Faktanya setiap kali kita memilih untuk mengubah pakaian lama daripada membeli yang baru, kita itutuh mengurangi limbah pakaian yang berakhir di tempat pembuangan sampah, penggunaan air dan bahan kimia dalam produksi teksti serta emisi karbon dari produksi pakaian baru.
Yuk..yuk mulai peduli lagi sama Bumi ini, kalau bukan kita yang ambil bagian siapa lagi? kasihan kan Bumi ini?
***
Nah temans demikian yang bisa saya bagikan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan bisa menjadi ajakan untuk temans sekalian mengubah konsep berfikirnya terkait dengan siklus yang Upcycling.
Saya selalu bersyukur bisa turut serta setidaknya tidak langsung beraksi namun melalui tulisan ini saya ingin turut serta agar lingkungan yang ada bisa terawat hingga bermanfaat untuk generasi selanjutnya.
source:
- materi online gathering #EcoBloggerSquad "Fashion Reimagined: Upcycling Waste into Wearable Art"
- https://narasi24.id/krisis-lingkungan-akibat-fast-fashion-masalah-limbah-tekstil-yang-perlu-ditangani/?utm_source=chatgpt.com
- https://ruralhandmade.com/blog/looming-trouble-for-fast-fashion-why-handloom-is-coming
- https://ljrlogistics.com/apa-tren-fashion-2025-di-indonesia-perpaduan-estetika-dan-fungsi/