I'm writing about...

Dialog Iman Bersama Anak-anak

Menjelang malam tiba, selepas semua beres adalah waktu berdialog dengan anak-anak. Waktu yang biasa dilakukan adalah selepas solat magrib-isya namun kini Rayi yang sudah ke mesjid merubah waktu kami untuk berdialog menjadi berbeda.

Sepulang dari mesjid maka dibiasakan untuk murajaah ataupun ziyadah. Lalu disela murajaah, akan saya selipkan sedikit tadabur ayat Quran yang saya pahami.

Begitu seterusnya rutinitas kami, apabila saya sedang letih maka tidak ada sesi seperti ini wkwkwk. Maka dari itu saya harus tetap bugar, istiqamah agar berdialog dengan anak-anak selalu ada.

Tak hanya tadabur ayat Quran, tapi juga biasanya setelah membaca buku lalu kita akan membahas apa yang sudah dibaca. 

Saat ini Rayi sedang suka sekali membaca buku komik berjudul "50 Wasiat Nabi dalam Kehidupan Sehari-hari" berhubung sudah bisa baca, kini ia bisa terpingkal-pingkal sendiri saat membaca halaman demi halaman.

Penyajiannya memang mudah dipahami dan tak lupa hadist yang membarengi sehingga Rayi juga paham bagaimana yang seharusnya.

Buku ini warisan dari tetehnya, iya Neyna sudah lebih dulu khatam menyelesaikan baca ini, maka tak heran jika Neyna sudah hafal dan akan merekomendasikan bab mana yang wajib Rayi baca dulu.

Lalu kami akan saling berdialog, apa yang dibaca, apa yang pernah terjadi dan mereka saksikan serta rasakan sendiri.

dialog-iman-bersama-anak-anak

Dialog Iman: Apakah Allah Ada?

Pernah ga sih temans menanyakan kepada anak-anak "Allah itu ada ga sih? kok kalian bisa percaya?". Waktu itu saya pernah menanyakan hal ini kepada anak-anak.

Selepas solat magrib karena cuaca hujan maka anak-anak solat berjamaah di rumah. Dialog ini pun hadir setelah saya bertanya "mengapa mau beragama islam?" "mengapa harus solat?".

Hal ini terinspirasi setelah saya murajaah Qs. An-Naba bagaimana Allah menjelaskan detail adanya hari kiamat, bagaimana gunung, bumi dihancurkan, bagaimana balasan-balasan yang akan Allah berikan dan gong-nya adalah ayat ke-40, saya merinding membacanya dimana orang-orang kafir menyesal bahkan mereka berkata "seandainya aku dahulu menjadi tanah saja".

Maka dari itu ini saya sampaikan kepada anak-anak, mengalirlah pembicaraan kami. Saya juga menanyakan ke si sulung "Bagaimana perasaan teteh menjadi seorang muslim karena terlahir dari keluarga muslim"?

Si sulung menjawab "teteh bahagia dan bangga menjadi seorang muslim", tidak ada keraguan untuk dirinya. Terharu mendengar jawabannya, waktu seusia Neyna saya ga kepikiran juga apakah saya bangga menjadi muslim karena orang tua juga tidak intens untuk berdialog iman 😂.

Percakapan kami pun bergulir hingga saya bertanya kepada si bungsu Rayi, "menurut Rayi apakah Allah berwujud?"

Jawabannya Rayi mendeskripsikan "Allah itu tulisannya اَللّهُ terus ada di atas arsy dan berasap, laki-laki sih dan besar" seketika saya tertawa mendengar penjelasannya. 

Maka saya meluruskan jika اَللّهُ berbeda dengan makhluknya seperti sifat Allah (Mukhalafatu Lilhawaditsi). Rayi manggut-manggut mendengarkan penjelasan saya. Ya Allah bocil ini tuh gemesin *MasyaAllah*.

Baca yang ini juga: Mengajari Anak Solat Sejak Dini!

Dialog Iman: Allah Lupakah?

Suatu malam, ketika saya sedang Ratib selepas magrib, Rayi menghampiri saya dan bilang "Bunda, kenapa ada orang yang jari tangannya berjumlah 6? kan seharusnya jarinya 5 kan bun? *sembari mengangkat jari-jari mungilnya* soal Ayi lihat di video di sini nih jarinya ada lagi *menunjuk area sebelah kelingking dan ibu jari*"

Lalu ia dengan tegas menyatakan "Allah lupakah? jadi jarinya ga 5? 

MasyaAllah anak sholihku..membuat saya tersenyum mendengarkan ia bercerita.

Saya lalu menjawab "Allah tidak pernah lupa, itu kelebihan yang Allah berikan" kalau Allah pelupa bisa jadi semuanya berantakan karena sehelai daun saja Allah aturkan kehidupannya 😊. 

Makanya Allah maha Besar,,dunia dan seisinya Allah aturkan sebaik-baiknya penciptaannya. Lalu saya teringat Qs. Abasa:19, setelah diciptakan Allah lalu menentukannya (Fa Qaddarah). 

Terkadang saya sendiri sulit jawab masih fakir ilmu jika anak-anak begitu kritis untuk berdialog iman xixixi..Makanya benar adanya yah jadi ibu itu harus terus belajar biar bisa jawab pertanyaan-pertanyaan dengan logika sederhana namun tidak hilang esensinya.

Dialog Iman: Malaikat Adakah?

Lain waktu saya menjelaskan kepada mereka berdua tentang Malaikat, diawali dengan nama-nama malaikat yang tidak benar penisbahannya yaitu Malaikat Izrail dan Malaikat Ridwan. 

Tidak ada dalil shahih dan ayat quran yang menjelaskan nama tersebut. Dalam Al-Quran Malaikat Izrail disebutkan sebagai Malaikat Maut. Sementara Malaikat Ridwan menggunakan istilah Penjaga saja.

Selebihnya anak-anak bisa menyebutkan nama-nama malaikat dan paling sering saya sebutkan adalah Malaikat Raqib dan Atid. Saat saya sedang asyik menjelaskan tiba-tiba mereka berdua sudah ribut, berantem. 

Hadeuh saya langsung bilang "Hey sudah jangan berantem, ntar malaikat bingung nyatetnya" lalu Rayi dengan nada kesal bilang "Malaikat catet tuh dia (ke Neyna) pake ❌, dicatatannya tulis BERANTEM"

Mamak jadi terpingkal denger Rayi bilang demikian. Tapi setidaknya dengan demikian anak-anak jadi tahu mana sih yang baik dan tidak baik dilakukan. Karena saya selalu ingatkan mereka dengan kata-kata pamungkas "Allah mengawasi, malaikat mencatat..usahakan agar Malaikat hanya catat kebaikan kita saja".

***

Demikian temans yang bisa saya sharing kali ini, temans punya cerita apa nih perihal dialog iman bersama anak-anak? yuk sharing yah.