Temans apa kabarnya? semoga sehat selalu yah! kali ini saya mau berbagi tentang Metode waterfall. Apa yah metode ini?
Jadi, dalam pengembangan software dengan menggunakan hosting murah terdapat berbagai pendekatan yang diterapkan untuk menjamin keberhasilannya. Salah satu pendekatan yang cukup terkenal dan sering menjadi acuan adalah metode Waterfall.
Mengapa metode ini begitu diminati? jadi Metode Waterfall ini tuh menawarkan kerangka kerja yang terstruktur dan jelas untuk proses pengembangan software.
Metode Waterfall memiliki peran penting dalam sejarah industri pengembangan software. Meski kini banyak metode pengembangan baru yang lebih modern, pemahaman mendalam tentang metode Waterfall tetap relevan. Memahami metode ini membantu Anda dalam mengenal sejarah serta dasar-dasar pengembangan software.
Lalu, apa saja sih kelebihan dari metode Waterfall dan bagaimana tahap pelaksanaannya? Sebelum masuk ke pembahasan tersebut, mari kenali lebih dalam apa itu metode Waterfall.
Mengenal Apa Itu Metode Waterfall?
Sebagai salah satu metode dalam pengembangan software, Waterfall juga dikenal sebagai Software Development Life Cycle (SDLC), yang mengikuti pola aliran seperti air terjun. Dalam metode ini, setiap tahap pengembangan dilakukan secara berurutan, mengalir dari satu tahap ke tahap berikutnya.
Metode Waterfall adalah pendekatan awal dalam SDLC yang digunakan untuk pengembangan software. Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Herbert D. Benington pada tanggal 29 Juni 1956 di event Symposium on Advanced Programming Method for Digital Computers, saat mempresentasikan pengembangan software Semi Automatic Ground Environment (SAGE).
Pada tahun 1983, Benington kembali mempresentasikan metode Waterfall dan menjelaskan fase-fase dalam proses pengembangannya. Dua tahun kemudian, Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengadopsi metode Waterfall dengan menerapkan enam fase: Preliminary Design, Detailed Design, Coding and Unit Testing, Integration, dan Testing.
Kelebihan Metode Waterfall
Tadi sudah berkenalan tentang metode beberapa kelebihan metode Waterfall meliputi kemampuan untuk departemenlisasi dan kontrol yang efektif. Proses pengembangan software dilakukan melalui serangkaian fase yang berurutan, sehingga membantu mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan. Metode Waterfall juga memiliki alur dan akhir yang jelas. Proses pengembangan dimulai dari konseptualisasi, dilanjutkan dengan tahap desain, implementasi, pengujian, instalasi, penyelesaian masalah dan diakhiri dengan operasi serta pemeliharaan.
Namun, seperti metode pengembangan software lainnya, Waterfall memiliki beberapa kekurangan. Salah satunya adalah kurangnya fleksibilitas dan waktu yang lebih lama. Misalnya, jika ada perubahan di tengah jalan, developer akan kesulitan melakukan penyesuaian. Hal ini disebabkan oleh alur linear Waterfall yang mengharuskan pengembangan sesuai rencana dari awal hingga akhir.
Tahap Pelaksanaan Metode Waterfall
Terdapat berapa tahap dalam proses metode Waterfall meliputi analisisi kebutuhan (requirements analysis), perancangan (design), implementasi (implementation), pengujian (testing) serta deployment dan pemeliharaan (deployment & maintenance).
1. Analisis Kebutuhan
Tahap awal ini melibatkan identifikasi dan pemahaman mendalam terhadap kebutuhan pengguna dan
pemangku kepentingan. Tujuannya adalah mengumpulkan persyaratan fungsional dan non-fungsional
yang akan menjadi dasar pengembangan Software.
2.Perancangan
Pada tahap ini, persyaratan yang telah dikumpulkan diterjemahkan menjadi desain spesifik software.
Perancangan mencakup desain arsitektur sistem, desain antarmuka pengguna, desain basis data, dan
desain modul software. Tujuannya adalah memberikan panduan jelas bagi tim pengembang dalam
mengimplementasikan software.
3. Implementasi
Tahap ini melibatkan proses pengkodean atau implementasi aktual dari software berdasarkan desain
yang telah ditentukan. Tim pengembang menggunakan bahasa pemrograman dan alat pengembangan
untuk menghasilkan software sesuai spesifikasi desain.
4. Pengujian
Setelah implementasi selesai, software akan diuji untuk memastikan bahwa ia berfungsi sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan. Pengujian meliputi pengujian fungsionalitas, pengujian kesalahan (bug),
pengujian integrasi, dan pengujian kinerja. Tujuannya adalah menemukan dan memperbaiki kesalahan
sebelum software diperkenalkan kepada pengguna akhir.
5. Deployment dan Pemeliharaan
Tahap ini dilakukan setelah software diluncurkan dan digunakan oleh pengguna. Ini melibatkan
pemeliharaan rutin, pembaruan, dan perbaikan yang diperlukan untuk memastikan kinerja optimal
dan penyesuaian terhadap perubahan kebutuhan atau lingkungan.
Kesimpulan
Metode Waterfall adalah pendekatan dalam pengembangan software yang mengikuti alur linear dari satu tahap ke tahap berikutnya, mulai dari analisis kebutuhan, perancangan, implementasi, pengujian hingga deployment dan pemeliharaan. Metode ini memberikan kerangka kerja yang terstruktur dan jelas, memudahkan departementalisasi dan kontrol yang efektif, serta membantu mengurangi kesalahan.
Walau begitu, metode ini dinilai kurang fleksibel dan memerlukan waktu yang lebih lama, terutama jika
jika ada perubahan di tengah jalan. Meski banyak metode modern yang lebih efektif pemahaman tentang
metode Waterfall tetap relevan untuk mengenal dasar-dasar dan sejarah pengembangan software.
***
Demikian temans yang bisa saya bagikan kali ini, semoga bermanfaat yah!
Walopun aku ga terlalu paham sampai detiiil, tapi garis besarnya bisa aku tangkap sih mba. Jadi intinya dalam pengembangan suatu software, kalo pakai metode waterfall, segalanya dilakukan secara berurutan yaa. Sesuai aliran air terjun yg teratur dari atas hingga bawah. Masuk akal juga kalo dibilang ga fleksibel.
જવાબ આપોકાઢી નાખોKebayang aja, aliran air terjun sendiri juga sulit utk diubah2 kan, makanya pengembangan software dengan metode ini juga sulit dilakukan perubahan 😄. Intinya macam itu kan ya mba 😅