Apa kabar semuanya?...
Semoga tetap bertahan yah ditengah kondisi pandemi covid-19 yang tidak tentu ini. Btw kali ini saya mau sharing seputar surat sakit palsu yang diberikan oleh karyawan.
Sebenarnya sudah cukup lama sih ingin bahas ini bahkan sempat lemparkan tanya di twitter, jika saya menuliskan pengalaman investigasi surat sakit palsu apakah akan ada yang baca? ternyata responnya luar biasa jutaan penonton Indonesia bersorak sorai 😂.
Oke temans...jadi inilah cerita seru saya membuka kedok ceilah cem detektif aja. Tapi sebelumnya saya akan ceritakan dulu mutasi saya di kantor.
Pembaca setia blog ini *emang ada? kepedean kamu Markonah 😂* pasti sudah pernah baca jika bagian pekerjaan saya itu HRD spesifik sebagai recruiter, trainer yang biasa ngerekrut karyawan atau memberikan training. Namun sejak Indonesia dihantam dengan Pandemi Covid-19 akhirnya tidak ada lagi perekrutan maupun kumpul-kumpul alias training.
Beberapa kebijakan merumahkan karyawan dan juga rotasi karena hal tersebut. Saya akhirnya kena dampaknya dengan dimutasikan ke bagian PAYROLL. Yang tadinya bisa bebas ekspresi untuk bisa nulis laporan kini harus berkutat dengan aturan baku serta angka-angka.
Kumenangis diawal-awal mutasi saking jelimetnya bahkan dilepas begitu saja..huhuhu..tapi menjadi tantangan juga serta pengalaman baru buat saya yang akhirnya bisa nih jadi bahan cerita buat blog ini
😂.
Tugas Baru Payroll
Nah untuk pengecekan absensi inilah kenapa akhirnya ada kasus SURAT SAKIT PALSU. Setiap harinya saya akan menerima surat sakit, surat cuti dan surat lembur.
Yang mana nanti akan saya input ke sistem atau jika sudah diinput oleh admin departemennya maka tugas saya hanya cek saja sembari saya kumpulkan surat sakit ini setiap bulannya.
Selain untuk kebutuhan buat audit, mengumpulkan surat sakit juga pada akhirnya memberikan peluang untuk mengetahui tentang kecurangan yang dilakukan karyawan yass kasus surat sakit palsu.
Baca lagi yang ini yuk :
Kasus Surat Sakit Palsu
Singkat cerita, ketika saya input surat sakit seorang karyawan sebut saja BAN, saya menaruh curiga besar berhubung ada track record mengenai izin sampe cuti di sistem jadi saya cek satu-satu.
Awal mula curiga...
Sambil saya input, saya melihat kejanggalaan pokokknya aneh nih kenapa selama kurang lebih 7 bulan lamanya karyawan ini ga sekalipun pernah cuti akan tetapi yang bersangkutan memilih izin sakit mulu meski memang memberikan surat sakitnya.
Akhirnya saya coba mencari kembali surat sakit bulan sebelumnya, dan binggo KETEMU yang aneh bin ajaib.
Beberapa kejanggalan mengapa surat sakit ini indikasinya PALSU, yang saya lihat diantaranya :
👉 Cap Klinik
Antara surat sakit satu dengan yang lainnya cap kliniknya berbeda. Yang satu bertuliskan daerah A yang satu lagi menunjukkan Daerah B yang coveragenya itu mayan bedalah.
👉 Tanda Tangan Dokter
Selain cap berbeda, ada bubuhan tanda tangan dokter yang berbeda padahal nama dokternya sama di klinik tersebut. Bayangkan makin aja nih jiwa kepo saya meronta-ronta ingin bilang ini beneran palsu.
👉 Copy-an Kertas
Dan akhirnya yang membulatkan jika surat sakit palsu itu adalah jenis kertasnya yang difoto copy padahal sebelumnya surat sakitnya itu jelas kop-nya dengan tinta hitam legam gitu sementara surat sakit yang terindikasi palsu terlihat sekali foto copy-annya.
Saya sendiri melihat kejanggalannya hanya dari tanda tanga dokternya saja sementara rekan kerja saya bagian Industrial Relationship menemukan perbedaan lainnya.
Ini bukanlah kasus pertama, maka rekan kerja saya langsung memanggil si BAN ini lalu interogasi. Gelagat BAN sudah pucat dan ga bisa berkutik maka sesuai ketentuan BAN harus diCUT.
Ga berapa lama pemanggilannya, atasannya meminta kesempatan untuk BAN membuktikan bahwa BAN memang sakit ke klinik tersebut.
What Next?
Sore harinya, saya masih ingat betul pukul 16:00 wib BAN menghadap saya meminta tanda tangan saya agar bisa keluar kantor untuk bisa membuktikan jika surat sakit itu asli.
Saya menolaknya karena dalam surat izinnya saja ia belum minta izin atasan tapi ia berkelit jika ke HRD dulu. Mmm..minta diomelin banget kan yah soalnya sudah ketentuan izin keluar ya dari atasan
Awalnya BAN maksa saya tapi saya tidak mau akhirnya dia balik lagi ke atasannya kembali lagi ke saya. Dia bersikukuh kalau bisa buktikan surat sakitnya asli.
Mmmm...mmm...mmm...
Esok paginya, saya mendapatkan surat pernyataan bermaterai dari pihak kliniknya dan meminta maaf jika cap kliniknya berbeda serta kertasnya beda.
Kami (saya dan tim HRD) ya tertawa melihat isi suratnya dengan membuat surat pernyataan begini saja sudah sangat membuat si BAN ini yah bersalah. Ngapain coba bikin surat pernyataan yang aduh pokoknya tepok jidat deh.
Investigasi Surat Sakit Palsu
Berhubung BAN meyakinkan kami semua dengan surat pernyataan bermaterai dari pihak klinik namun mencurigakan akhirnya kami putuskan untuk selidiki.
Saya mencoba cari alamat kliniknya di GOOGLE ga ketemu, saya lacak lewat data Faskes juga NIHIL. Makin penasaran bukan?
Akhirnya saya minta BAN alamat klinik, saya dan rekan kerja langsung meluncur ke Kliniknya. Sesampainya di Klinik ada beberapa fakta yang bikin saya kaget loh temans. Fakta mencengangkan itu :
😖 Klinik itu bisa dikatakan semu gitu jadi plank kliniknya adalah Bidan, tapi nanti sore berubah menjadi klinik XXX. Sementara dari pagi sampe siang untuk pemeriksaan kehamilan dll.
😖 Nama dokter yang tertera dalam surat itu bukanlah seorang dokter karena gelarnya XXX bukan juga perawat. Astagfirullah berani banget yah bikin surat sakit.
Hal ini sampe membuat saya menelepon teman saya yang seorang perawat apakah perawat boleh keluarkan surat sakit? jawabannya perawat TIDAK BOLEH sekalipun keluarkan DIAGNOSA maupun SURAT SAKIT paling hanya bantu menuliskan saja. Duh...
😖 Perihal stempel berbeda ternyata memang kliniknya punya dua stempel, okelah kalau begitu ini gugur yah temans jadi memang benar kliniknya punya 2 cap karena alasan pemekaran.
😖 Perihal surat pernyataan bermaterai, saya meminta "dokter" itu menemui kami tapi tidak mau keluar padahal sebelumnya saya bertanya pada ART-nya ada wkwk..
😖 Memeriksa buku kunjungan, dan dari sini kami tahu si BAN tidak datang periksa hanya meminta surat sakit saja.
Nah ini akhirnya poin yang bisa menjadikan BAN tetap diCUT. Selama di klinik ini teman saya sampe debat segala rupa sama penjaga kliniknyalah.
Yah dari kasus ini bisa disimpulkan"mungkin oknum tertentu sih yang menjadikan bisnis surat sakit ini". Karena sampe detik ini pemilik nama pada surat sakitnya tidak pernah membalas WA kami wkwkwk.
*Mon maap yah temans, saya ga bisa fotoin isi surat pernyataannya maupun surat sakitnya karena saya ga ingin merusak namanya biarlah mereka mencari rezeki dengan jalan begitu karena itu tanggung jawabnya mereka dan Tuhan*
Bagaimana Nasip Karyawan Dengan Surat Sakit Palsu?
Dari sini bisa temans ambil kesimpulannya. Jika surat sakit palsu bisa menjadi salah satu alasan HRD memberikan sangsi berupa surat peringatan hingga pemutusan hubungan kerja. Bahkan pemalsuan surat sakit masuk pidana loh *kata temanku pasal berapanya lupa*.
Cerita lain tentang surat sakit palsu ini juga menimpa kakak ipar saya wkwk. Kalau inget kejadian ini saya merasa berdosa karena saya yang menandatangi suratnya plus dengan nama dokter adalah dokter yang memeriksa saya bukan dokter yang praktek di klinik yang tertera di surat sakitnya 😂😂.
Dan hasilnya kakak ipar langsung DIPECAT, karena memang HRD di kantornya memeriksa. Ga ditolerir lagi bukan?
So, buat temans sekalian ayolah jujur jadikan kisah-kisah ini pembelajaran buat temans semua. Jangan main api yang kebakaran tentulah diri sendiri.
Saran dari saya sebagai HRD nih buat temans yang bekerja, diantaranya adalah :
- Capek, bosan kerja itu pasti makanya diberikan cuti tahunan. Manfaatkan saja cuti yang ada daripada buat surat sakit dengan sakit yang mengada-ngada. Kalau jadinya sakit beneran mau?
- Cuti habis gimana dong? ya terima konsekuensi POTONG GAJI jangan ngadi-ngadi bikin surat sakit please-lah mikir masih banyak orang yang pengen kerja apalagi kondisi pandemi begini?
- Gunakan klinik yang didaftarkan sebagai faskes 1 BPJS Kesehatan, nah ini poin utamanya apalagi HRD jadi mudah cek sakitnya jadi kalau sakitnya masih sama bisa dirujuk ke rumah sakit bukan? ga terus berobat di faskes 1 aja.
Temans, demikian yang bisa saya ceritakan kali ini. Semoga bisa bermanfaat yah! apapun yang kita lakukan pasti ada konsekuensinya jadi difikirkan matang-matang untuk mau melakukan sesuatu.
Ada yang mau cerita juga seputar ini? kuy kita sharing 😁.
Waaahhh ini naaah banyaaaak kejadian memang mbaaaa :D. Dulukan aku kerja di bank yaaa. Naaah yg namanya bank, apalagi kami tuh berhadapan Ama duiiiit segambreng stiap hari, jadi yg namanya INTEGRITAS itu kedudukannya udah paling tinggi. Ya kalo udh ga jujur, gimana perusahaan mau percaya dia bisa handle dan ga khilaf mata liat duit setiap hari :p
BalasHapusBukan masalah surat cuti aja , tapi kwitansi pembelian kacamata, kwitansi pembelian vitamin dan kwitansi makan siang, itu seriiing dipalsukan. Selama pandemi , kantorku yg dulu kan ngasih allowance makan siang . Jadi boleh beli apa aja asal sesuai limit yg dikasih. Boleh dijadiin 1 kwitansi , rame2 Ama temen kantor misalnya. Yg ptg ga exceed dari budget.
Tapi masalahnya ada yg nakal markup harga makanan, yg harusnya 20rb, dimaksimalkan sampe limit harga yg diksh, jd 40rb. HRDnya pinter, ketahuan deh. Pecat lngsung. Demi selisih 20rb hrs kehilangan kerjaan, bodoh sih kalo kubilang. Gajinya jauuuh LBH tinggi dan berharga.
Kwitansi kacamata itu juga. Staff kan dpt limit kacmata utk dia dan kluarganya. Jd sering kejadian belinya di optik anak2 di pinggir jalan ato toko2 kecil. Mereka mah banyak yg ga masalah suruh nulis kwitansi fiktif. Padahal hrg kacamtny palingan 700rb, dimaksimalkan ke budget tertinggi. Akhirnya HRD bikin aturan baru, hrs di optik ternama. Sempet juga dulu dialihkan jd cash, jadi stiap THN masuk ke gaji kita, tp negatifnya jd kena pajak :p.
Cm menurutku LBH enak gitu kali. Masukin ke gaji. Toh ga semua staff pake limit kacamata.
Kalo udh menyangkut ga jujur, sekecil apapun nominalnya, perusahaan ga main, itu lgs pecat.
Staff cabang, trutama kayak teller yg kerjanya megang duit, kalo sampe selisih duitnya, ga balance di akhir hari, itu diampuni mba. Malah selisihnya akan diganti oleh cabangnya, ga akan diminta si staff yg mengganti kerugian. Palingan ini hanya pengaruh ke performance dia yg bakal jelek. Tp perusahaan juga liat aspek lain, apakah uangnya selisih Krn teller teledor, ga ngitung bener ato kenapa. Yg ptg jujur dulu. Kantorku pernah ganti duit selisih 10jt, Krn uangnya diambil nasabah diam2. Si teller ga sadar naro duitnya di meja yg bisa dijangkau oleh nasabah. Sayangnya rekaman cctv agak blur dan ga ada bukti itu nasabah yg dimaksud. Krn ga jelas. Tp kliatan ada nasabah yg ambil.
Beda cerita kalo teller ga jujur. Malsuin TTD nasabah, uang di box dipinjem dulu pas hari Jumat untuk pacaran malam Minggu.niat hati Senin dibalikin :p. Ternyata Senin ada pemeriksaan mendadak pagi2. Abiiis anaknya. Pecat lgs.
Malah ada yg niat minjem USD 5000, dari box teller (teller dizinkan simpan uang dlm limit tertentu di box nya sendiri, yg disimpen di kantor pastinya), tau ga utk apaan?? Utk biaya nikah mbaaa. Ya ampuun, aku kasian Ama calon istrinya. Kalo aku jd si cewe, aku batal nikah Ama co ga jujur gini. Dr awal kok ya ga halal.
Sejak itu aturan diubah. Uang teller wajib diitung setiap hari sblm masuk brankas Ama team leadernya. Kalo sblmnya hanya 2 Minggu sekali di periksa.
Dulu aku keras Ama ankku yg ga jujur. Pemalsuan apapun, terlebih surat sakit, ato kwitansi, aku laporin lgs ke atasan biar ditindaklanjuti .
Integritas nomor 1 pokoknya.
nahkan jangan deh merasa aji mupmung juga ya mba inilah akibatnya cuman krn harga berapa rupiah kehilangan segalanya duhhh makasih ceritanya mba Fan
HapusWahhh bikin surat sakit bisa sampai dipecat ya.. saya sih biasanya tidak pernah izin sakit kalau emang gak sakit.. soalnya pernah izin sakit meski sehat, tap malah jd sakit beneran dan gak enak gitu lah rasanya..
BalasHapusjadi kalau mau izin pun paling nulis urusan keluarga sih dan itu juga jarang kok .. paling sering ngakalin kantor adalah izin masuk setengah hari. Hehehe..
kan kita selidiki dulu mba suratnya ga main pecat makanya kan judulnya investigasi :)
HapusKasihan juga ya. Yg harus diteliti lagi itu dokter di kliniknya, yg ga mau keluar itu...
BalasHapusPihak mereka harus tgjwb juga seperti nya mengeluarkan surat sakit itu ga hanya ke Ban aja...
kan terbukti juga teh si Ban tidak ada dalam daftar buku kunjungan nah ini memberatkan..artinya dia "membeli" surat sakit
HapusBaca ini saya jadi pen nyari yang suka minta izin sakit itu.
BalasHapusMau saya kasih surat dokter saya dulu bejibun banget hahaha.
Waktu awal kerja dulu, saya kerja gila-gilaan.
Alhasil sakit terossss, sampai bolak balik pengsan di proyek.
Setiap kali dibawa ke dokter, semua dokter menyarankan untuk istrahat 2-3 hari, dan besoknya saya masuk lagi, tetep bawa surat dokter, kasih ke boss, dan tetep kerja hahahahahaha.
Hidup memang kadang aneh yak!
Orang yang workaholic malah jadi IRT, lah orang yang maunya libur mulu tapi tetep kerja hahahaha
wkwkwk nah iya mba Rey di kantor juga ada yang emang ga pernah absen krn dia mikirnya saya diterima kerja udah bersyukur dan sebaliknya :D
Hapusngeri ngeri sedap kalau udah urusan "surat SAKTI" seperti ini, dikantorku sendiri juga ada soalnya
BalasHapusaku cuman jadi pengamat aja antara si karyawan yang ijin sama hrd. mungkin hrd biasanya tau, tapi kadang tutup mata
kalau dibiarin bakalan nakal dan jadi contoh mba
HapusWah jadi inget kerjaanku dulu nih, aku juga dulu dibagian HRD suka ngurusin surat sakit, claim bensin,dan claim lain2 termasuk urusan orang lapangan.
BalasHapusJaman sekarang emang jarang bgt orang yg jujur mba..
Orang ops kadang aku tegor karena bikin claim bensin pakai tulisan tangan tapi malah dianya yg marah marah.
Katanya kan gak semua bensin punya struk, daripada motor gak jalan ops. Gak jalan gimana. Lapor sama manager ops.
Manager ops + hard baku hantam lindungin anak2nya.
Kesel bgt. Kadang jg kalau males ribut yaudahlah gitu...
Tapi emang mental orang kita keban6 itu gktu - aji mumpung dan lumayanan
nah iya selain surat sakit juga ada karyawan yang dipecat karena mark up bon bensin bikin kesel yak
HapusSeru nih baca cerita penelusuran surat sakit palsu, mbak. Ada aja ya orang yang doyan bohong gini. Pas aku kerja ga pernah kepikiran sama sekali
BalasHapussama mba aku juga ga pernah kayk begini wkk
HapusItulah betapa susah cari orang jujur di negeri ini. Surat sakti aja pakai di buat2 hny untuk istirahat tdk masuk kerja. Moga kapok y mas ban
BalasHapusMengikuti feeling itu bagus Teh, karena kecurigaan yang timbul, lalu langsung penyelidikan ke TKP. Semoga nggak ada lagi ya kasusnya seperti itu
BalasHapusBenar sekali ini mbak..
BalasHapusBanyak lho kejadian seperti ini...
Biasanya krn hatah cuti habis, lalu bohong pake cara ini
seru juga ya kerjaan jadi HRD itu bisa kepo sampai segitunya ke lokasi cari fakta, pantes aja suami g mau lepas dari kerja hrd
BalasHapusseru mba sampe kalau ada demo diteriakin mulu mana HRD-nya bla--bla wkwk
HapusWah ngeri nib mba surat sakit aja di beli gimana yang lain ya mba
BalasHapuskalau di tempatku kalau sakitnya cuma sehari masih boleh bikin surat sakit biasa nggak perlu ke dokter, mbak. Nah kalau soal kwitansi aku sebenarnya lebih suka kalau uang kacamata atau gigi itu dikasih aja biar karyawan nggak perlu bikin kwitansi fiktif
BalasHapusTeteehh keren. Niat banget sampe diselidiki dan didatangi kliniknya. Sumpah ngakak pas c BAN ngasih surat bermaterai itu. Jadi sekalinya ngebohong bakal terus ngebohong aja. Lagian kenapa harus pake surat sakti eh surat sakit segala? kalau udah habis cuti kenapa ga terima aja konsekuensinya potong gaji
BalasHapusKesel ya sama orang kayak gini. Udah punya kerjaan tapi sering bolos alasan sakit. Teman kantor suamiku dulu ada yang begitu. Bilangnya sakit tapi malah sibuk kulakan buat jualan online. Akhirnya dia sakit beneran dan udah meninggal dunia karena sakit Itu.
BalasHapuswuih sampai berubah jd detektif. biar gak kebiasaan ya. nanti ybs koar2 ke teman2nya, semuanya jd ngikut palsuin kan bahaya jg. ternyata kerja hrd macam2 ceritanya
BalasHapusSalut banget sama tim HRDnya sampai turun ke lapangan benar-benar nyelidikin abis. Terkadang banyak HRD udah males duluan buang effort terlalu banyak untuk hal-hal detil seperti ini. Jadi pelajaran juga ya mbak untuk karyawan lainnya. Terima kasih untuk postingannya. Bermanfaat banget :)
BalasHapus