Saya mau curhat kali ini tentang campur aduknya harus berhentiin pegawai yang nyeleneh. Jadi ceritanya saya dan akang suami ingin membuka usaha cafe atau warung sederhana yang tempatnya enak buat nongkrong.
Setelah banyak diskusi dari tahun lalu, akhirnya fix tahun ini dan dimulai awal bulan juli ini kami memulai membangun bangunannya. Dalam proses pencarian tukang bangunannya kami juga sempat dilema, bingung kepada siapa kami jatuhkan proyek membangun tempat usaha kami.
Mampir Lagi Sini : Tetap Bekerja Sambil Usaha Bagaimana caranya?
Mampir Lagi Sini : Tetap Bekerja Sambil Usaha Bagaimana caranya?
Biasanya kami sudah mempercayakan hal ini kepada tukang bangunan langganan kami. Namun sayangnya sejak bulan puasa tukang bangunan langganan kami sedang sibuk membangun rumah ibunya. Pasalnya mereka kena gusur proyek kereta cepat so dengan uang pengganti akhirnya mereka membeli sebidang tanah lalu membangun sendiri.
Fix saya dan akang suami sempat gelisah, galau, merana pokoknya agak bingung. Tetangga yang baik hati memberikan masukan agar kami memakai tukang bangunan yang rumahnya tidak jauh dari rumah kami.
Sementara itu rekan kerja saya di kantor memberikan rekomendasi tukang bangunan yang pernah membantu dirinya membangun rumahnya. Dengan catatan tukang bangunannya ga punya motor sedangkan tempat usaha kami dengan rumahnya cukup jauh.
Dan dari akang suami sendiri, ada temannya yang juga nanti akan menjadi pegawai tetap kami jika tempatnya sudah jadi merekomendasikan tukang dengan harganya yang lumayan.
Terakhir adalah anak dari ART dirumah, konon ART saya bercerita jika anaknya selain ngojek juga menjadi kuli bangunan. Bahkan ART saya pun memberikan track record pekerjaan si anaknya ini.
Begitulah ada 4 masukan yang kami terima lalu dengan berbagai pertimbangan akang suami memilih temannya dan tukang bangunan rekomendasinya. Kami mengira 2 orang saja cukup karena memang tempatnya tidak terlalu besar.
Merasa tak enak dengan ART yang memang beberapa waktu lalu sempat mengeluhkan kepada saya jika beliau terkena darah tinggi karena anaknya jadi pengangguran dan diem dikontrakan saja. Mendengar hal tersebut akang suami pun memutuskan untuk menghire juga anak ART.
Hari pertama anak ART sebut saja "A" bekerja, ia sudah datang pagi sekali. Saya memintanya menunggu 2 orang lainnya. Lalu saya tinggal ke kantor. Keesokan harinya, pagi hari saya melewati tempat bangunan sebelum ke kantor saya sudah melihat "A" datang dan sedang menunggu.
Tak ada fikiran yang tidak baik mengenai "A" karena saya melihat ibunya yang sudah bekerja lama dengan saya sangat rajin, penuh inisiatif dan dedikasi tinggi *halah*. Hingga sore hari kemarin akang suami saya menelepon ketika saya hendak pulang.
Akang suami menjelaskan cerita jika "A" selama 2 hari ini bukannya bekerja malah diem ngeliatin doang. Akang suami pun tak lantas buru-buru menyimpulkan hal tersebut tapi menggali informasi dan konfirmasi kepada temannya yang kerja.
Posisinya juga ibu mertua yang suka memantau mengiyakan jika si "A" cuman diem aja.
Ajegile saya yang dengernya VANAS, KESEL, KECEWA, kok ya ada orang macam "A" cuman liatin doang. Die kire die mandor?
Suami meminta saya memberikan upahnya selama 2 hari dan menitipkannya kepada ibunya yang memang menjadi ART di rumah. Dengan alasan anggaran saya utarakan alasan tersebut kepada ibunya karena saya memang masih menghargai ibunya.
Jangan ditanya ART saya shock banget pas saya mengatakan jika "A" mulai esok hari tak perlu kembali kerja. Beruntung ART saya mau menerima dan pulang bahkan tadi pagi sudah datang kembali bekerja.
Selepas ART pulang, tak berapa lama ibu mertua menelepon saya mengatakan jika "A" datang ke rumah tak terima jika ia diberhentikan. Jadi saya dan akang suami yang bagi tugas, saya yang menyerahkan upah dan membicarakannya kepada ibunya sedangkan akang suami yang menelepon si "A".
Ibu mertua dengan nada kesal dan saya pun ikut kesal dengarnya lalu saya telepon ART saya. Awalnya mengira jika ART saya yang menyuruh si "A" ke rumah mertua karena memang letak tempat usaha kami dekat dengan rumah mertua (ya kali tanahnya juga punya mertua hahaha).
Namun ternyata ART saya setibanya dikontrakan tak bertemu dengan anaknya si "A" jadi si "A" dengan inisaitif sendiri pergi ke rumah mertua.
Sepulangnya akang suami, kami bertukar cerita tentang si "A" fix emang si "A" kurang sesendok otaknya *maaf kasar* karena datang ke rumah mertua menjelek-jelekkan saya, menjelek-jelekkan tukang bangunan yang lain.
Padahal ngobrol aja belum pernah saya dengan dia, ketemu juga pas anterin dia ke tempat bangunan. Kan sengklek nih orang, ngadu ke suami lewat telepon menjelek-jelekkan saya lagi sengklek bener nih orang.
Saya mah kasihan melihat ibunya kerja jadi ART lah dia malah enak-enakan tidur makanya saya yang minta akang suami ACC dia ikutan kerja ngebangun.
Jujur saya dan akang suami kasihan ngeliat mereka itu serba kekurangan tapi si "A" kelakuannya bikin naik darah pantas ART saya darah tinggi juga.
Kok langsung diberhentiin sih?katanya kasihan?
Ga enak juga berhentiin orang tapi ya masa bukannya kerja malah nonton. Kami juga mengkhawatirkan tukang yang lainnya jika masih mempertahankan si "A". Ga kerja apa-apa tapi dapet duit? hellowww saya aja pengen uang kerja plus ngeblog *ehhh 😃
Pernahkah temans mengalami hal seperti ini?jujur aja saya baru banget ketemu orang yang seperti ini. Rasanya jengkel banget.
Dari curahan saya ini jadi pengen berbagi nih buat temans, cara berhentiin pegawai atau siapapun yang bekerja dengan kita.
Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Memberhentikan Pegawai Versi Bundanameera
1. Gali Informasi
Sebelum meng-cut pegawai ada baiknya coba deh temans menggali informasi sebanyak-banyaknya tidak hanya dari 1 orang akan tetapi sebaiknya lebih dari 1 orang. Hal ini bertujuan untuk meyakinkan kita bagaimana kerjanya si pegawai.
Jika hanya gali info dari rekan kerjanya saja bisa jadi bernilai buruk makanya saya sarankan lebih dari 1 orang bisa sesama rekan kerjanya atau yang seringkali berhubungan. Seperti kasus si "A" kami gali tidak hanya dari mertua akan tetapi juga dari tukang yang lainnya.
Kalau di kantor sih bisa ke rekan kerja, atasan, bawahan atau customer yang sering berhubungan dengan pegawai yang hendak di CUT sehingga kita dapatin data valid tentang attitude atau kerjanya yang ga beres.
2. To The Point
Apabila info yang kita dapatkan sudah cukup langsung saja ajak bicara to the point. Namun perlu diperhatikan juga dengan kesopanan jangan sampai kita terbawa emosi. Jujur aja saya agak emosi saat mengetahui si "A" seperti itu. Untungnya akang suami yang handle berbicara kepada si "A".
Jangan lupa langsung bicarakan upah dan kejelasan kapan ia harus berhenti, jangan memutar-mutar yang akhirnya bikin ngambang. Kasihan juga si pegawai kalau harus menanti sesuatu yang tak pasti namun ia sudah tidak diharapkan lagi.
Mengenai upah juga harus jelas yah temans jangan sampai hak-haknya tertunda, jika memang pernah dijanjikan bonus maka kita harus berikan. Entah bonus uang atau barang misalnya saja temans menjanjikan bonus akan dibelikan Hp Asus maka harus diberikan saat kesepakatan berakhir tersebut.
Kesepakatan ini kan sudah ada sejak awal maka ketika berakhir juga harus jelas jangan sampai ada yang merasa dirugikan.
3. Yakin
Saya yakin kita semua terlahir dengan rasa ga enakan dengan orang lain. namun dalam hal ini tentu saja harus yakin temans. Bayangkan saja berapa kerugian yang saya dapati dengan meng-hire orang yang ga kerja sementara proyek bangunan kecil ini kan ada targetnya mengingat keterbatasan dana juga.
Rasa iba pasti ada namun jangan sampai menggoyahkan keyakinan kita untuk tetap meng-hire. Ingat juga kondisi rekan kerjanya jangan sampe ada istilah meng-anak emaskan satu pegawai yang berujung kecemburuan sosial.
***
Demikian curahan hati saya terkait dengan berhentiin pegawai, jika ditanya rasanya gimana?campur aduk temans dari rasa kasihan, rasa kecewa, rasa kesel namun lega juga jika sudah bisa mengakhiri dengan damai. Semoga bisa bermanfaat yah curahan kali ini hehehe
Temans mau sharing juga?yuk ah share di kolom komen 😊.