I'm writing about...

Hati-Hati SOSMEDMU Kena Stalking HRD

Wah tak terasa sudah memasuki bulan ke-3 lagi di tahun 2018 ini, temans gimana pencapaian targetnya?semoga sedikit demi sedikit targetnya bisa tercapai.

Salah satunya buat temans yang sampai hari ini masih menjadi jobseeker harap selalu bersabar karena rezeki tak akan kemana, yakinlah jika rezeki yang sudah diatur sedemikian rupa datang sesuai dengan yang kita butuhkan.

Hari gini masih putus asa?jangan dong..semuanya akan selalu indah pada waktunya *aseeek*. Ngomongin tentang jobseeker, saya jadi teringat akan salah satu jobdesc saya yakni mensortir setiap lamaran yang masuk.

Sedikit cerita saja sebagai salah seorang recruiter dimana saya menjadi penyeleksi awal dari mulai CV yang masuk hingga dengan seleksi hasil tes yang sudah dilakukan oleh calon karyawan.

Ada hal menarik yang ingin saya bagikan kali ini, sehubungan dengan permintaan salah satu teman yang menanyakan kepada saya tentang "Apakah sosial media pelamar menjadi bagian penilaian di awal seleksi?"

Saya pernah membaca jika ada recruiter yang men-sortir lamaran lewat sosial media si pelamar. Alasannya karena saking banyak lamaran yang masuk maka menjadi salah satu pertimbangan lain dengan mengintip sejenak sosial media pelamarnya.

mengintip osmed Pelamar,Stalking pihak HRD, Sortir Karyawan melalui sosmed,Hati-hati dengan sosmedmu, mengintip sosial media pelamar


Lalu bagaimana dengan saya?

Jujur selama bekerja dibagian ini, dalam proses seleksi pelamar meski ratusan lamaran yang masuk saya nyaris tidak pernah kepoin dulu sosial medianya pelamar. *catat itu 😂

Seriusan?serius dong..setiap kali perusahaan membutuhkan karyawan baru maka saya posting iklan di beberapa situs pencari kerja dengan menyertakan REQUIREMENT yang dibutuhkan untuk posisi tersebut.

Oleh karena itu, biasanya sebelum saya posting iklan lowongan kerjanya saya akan mereview dan meng-konfirmasi terlebih dahulu kepada User yang membutuhkannya. Harapannya saya bisa menjaring pelamar yang benar-benar sesuai dengan kualifikasi yang memang dibutuhkan.

Terlepas dari sosmednya?bagi saya sosmed pelamar belum menjadi bahan pertimbangan yang utama. Yang masih saya utamakan adalah Kompetensi maupun Pengalaman yang ia miliki.

Saya ga tahu apakah recruiter zaman now memang menjadikan sosmed si pelamar salah satu pertimbangan apakah mereka layak lanjut ke tahapan berikutnya atau tidak.

Mungkin saat ini, banyak orang yang teracuni dengan sosmed sehingga dengan mudah memberikan Label jika si A orangnya provokatif isi sosmednya cuman ngomporin doang, si B alim banget isi sosmednya cuman share status yang mengingatkan, si C tukang pamer isi sosmednya cuman foto selfie lagi makan atau travelling.

Bagi saya sih sosmed ga sepenuhnya menggambarkan karakter dan kepribadian seseorang. Bisa jadi sosmed hanya sebuah pencitraan.




So, apa saja yang menjadi penilaian saya ketika sortir lamaran dan CV?


Berhubung saya bekerja di perusahaan manufaktur yang punya kriteria khusus maka beberapa hal berikut menjadi pertimbangan dalam sortir lamaran :

🔍 Jurusan Pendidikan

Hal pertama yang biasa saya lakukan adalah melihat jurusan pendidikannya. Spesifikasi posisi di tempat saya bekerja membutuhkan seseorang dengan lulusan tertentu seperti dari jurusan Tehnik Elektro, Mesin, Mekatronika atau kimia. Jadi awal mula saya sortir lamaran saya ceklis jurusan yang tidak sesuai. 

🔍 Pengalaman

Apabila sudah mendapatkan beberapa kandidat sesuai jurusan, saya akan mensortir kembali pengalaman bekerja maupun pengalaman saat magang ini menjadi pertimbangan penting. Biasanya untuk posisi level supervisor keatas sangat dibutuhkan pelamar dengan pengalaman min. 1 - 2 tahun di posisi yang sama.

🔍 Sallary 

Mengapa ini menjadi pertimbangan?hal ini dimaksudkan dengan kesesuain budget yang diberikan perusahaan. Cukup beresiko apabila saya memanggil kandidat yang punya sallary cukup tinggi tidak sesuai dengan standar perusahaan. 

Daripada capek saya tes lalu berujung mengundurkan diri karena ga cocok sallary maka hal ini saya jadikan pertimbangan dalam sortir lamaran.


Sebenarnya jenis kelamin juga utama menjadi pertimbangan dalam sortir lamaran untuk posisi-posisi tertentu. Namun tak menutup kemungkinan biasanya saya welcome dengan lamaran yang masuk dari pelamar karena memang dalam posting iklan sudah tidak boleh menyebutkan jenis kelamin yang dibutuhkan. 

Biasanya point-point tersebut menjadi modal saya dalam sortir lamaran. So, buat yang nanya apakah saya mengintip sosmed pelamar ketika mencari kandidat karyawan?jawabannya sudah saya jabarkan ya temans.
***
Membahas sosmed kembali, apakah selama saya menjadi HRD pernah stalking sosmed karyawan?nah ini lain ceritanya dari sortir lamaran ya temans.

mengintip osmed Pelamar,Stalking pihak HRD, Sortir Karyawan melalui sosmed,Hati-hati dengan sosmedmu, mengintip sosial media pelamar

Sebagai recruiter yakni orang pertama yang dikenal pelamar, memang biasanya sosmed saya banyak di add bahkan di follow oleh karyawan baru. Sebenarnya sih saya agak risih jika karyawan baru masuk sudah ingin tahu sosmed saya alasannya ya ga kepengen aja so femes wkwkwk *naon sih*.

Ternyata dari sosmed juga saya bisa tahu kegalauan, permasalahan karyawan. Dari yang ngedumel punya atasan yang ga enak, ngedumel aturan biasanya saya temukan dari sosmed mereka.

Saya jadi inget waktu itu ada permasalahan internal bawahan dengan atasan, dari satu pihak (atasannya) mengatakan versi A dan dari pihak bawahan mengatakan versi B. Akhirnya dulu itu saya dan tim HRD lainnya stalking sosmed keduanya.

Untuk kasus-kasus tertentu sosmed karyawan bisa berguna banget melihat masalah kekinian yang sedang terjadi. Karena biasanya ada saja karyawan yang bikin status di sosmednya untuk menggambarkan permasalahan yang sedang ia hadapi. Apalgi kalau udah bacain komentar-komentar dari rekan-rekannya meski jadi silent reader tetap saja ini kasih Clue buat kami.

Lantas bagaimana selanjutnya?


Ya sudah ga kenapa-kenapa lagi, orang cuman kepo doang kok 😂. Ga ngaruh gitu ke penilaian perfomancenya? ga juga-lah kan biasanya penilaian appraisal dilakukan pure oleh atasannya maupun rekan kerjanya di masing-masing bagian. Yang benar-benar melihat kinerja mereka sendiri.

Setiap keputusan yang diambil kan ga cuman karena kepoin sosmed tapi ada kriteria penilaian yang objektif untuk diputuskan. 

Namun ada juga kasus fatal loh karena Sosmed ini berujung PHK. The power of sosmed, ingatlah temans ga semua teman kerja kita itu TULUS dan MANIS depan belakang ada aja yang belok. Ya begitulah yah yang penting saya sarankan Bijaklah bersosmed dan Berhati-hati dalam bersosmed.

Demikian yang bisa saya ulas semoga bisa bermanfaat buat temans yang mampir keisni 💋, ada yang mau sharing pengalamannya?atau punya pengalaman baik dengan mengandalkan sosmed dalam men-sortir lamaran karyawan?boleh banget loh kita diskusi dini.