I'm writing about...

Mencari ESAI yang enak dibaca? Baca Yuk "Berbagi Ruang"

Hello temans, sudah targetkan berapa buku tahun 2018 ini? semoga yang sudah menargetkan mampu mencapainya dan yang masih galau target membaca bukunya bisa coba dulu lihat-lihat review buku-buku kece dan keren sapa tahu minat membacanya muncul kembali.

Salah satunya baca dulu review buku "Berbagi Ruang" yang akan saya kupas setajam silet 😝. Mungkin bagi yang senang berkunjung ke blog ini sudah beberapa kali saya menuliskan review buku, yang ketinggalan bisa search aja pada label Buku Keren maka akan ada beberapa review buku pilihan saya yang bisa dibaca *asiik.

Ada yang pernah baca ESAI? pasti pernah tapi kalau baca kumpulan esai dalam satu buku?saya baru kali ini membacanya. Kumpulan esai yang menurut saya ini mewakili banget dengan kehidupan sehari-hari. 

Ternyata ide tulisan itu kaya yah temans, sesuatu yang mungkin dipandang remahan ternyata bisa menjadi ide cantik sehingga tertuanglah dalam sebuah buku. 

Tentunya sebagaimana yang kita ketahui esai merupakan suatu tulisan yang menggambarkan opini penulis tentang subyek tertentu yang coba dinilainya. Berbicara opini maka sifatnya bisa subyektif namun tentunya dibarengi dengan pandangan yang logis dan didukung dengan fakta. 

Saya sendiri sering beropini namun jelas lebih ke pandangan subyektif saya sendiri karena saya punya persepsi yang berbeda namun untuk menuangkan dalam bentuk esai jujur saya belum berani 😝.

#ReviewBukuBerbagiRuang, buku tentang esai, review buku nur utami
 Baiklah saya akan mencoba untuk mulai membahas buku "Berbagi Ruang" ini.

Isi Buku Berbagi ruang 


Buku ini terbagi-bagi menjadi 4 bagian, jujur saja saya kagum dengan penulis yang memberikan label setiap bagiannya unik menggunakan istilah dalam pembagian ruang di rumah. Hal ini terkesan unik karena bagian dalam rumah merupakan bagian yang tentu saja sering kita lalui. Maka dari itu saya bilang kepikiran banget penulisnya membagi menjadi bagian ini. Apa sajakah itu?

1. Beranda


"Persepsi itu semacam selera, yang tidak bisa diperdebatkan meski hanya tentang segelas teh atau secangkir kopi. Di ruang ini kita tahu bahwa kita berbeda"

2. Ruang Tamu


"Jika di ruang ini yang tersaji adalah keresahan, masihkah kau ingin bertamu dan bertemu?"

3. Kamar 


"Ruang ini ada di dalam kepala, sebuah tempat paling riuh di dunia"

4. Dapur


"Di sinilah segalanya diolah. Ruang ini menjadi lebih sibuk dari sebuah kantor berita"

Dari 4 bagian tersebut total esai adalah 49. Masing-masing ruang memiliki esai yang disuguhkan dengan fenomena kehidupan sehari-hari. Baik itu keseharian penulis maupun pengalaman yang penulis dapatkan dimana saja. 

Saya yakin bagi temans yang membacanya akan terinspirasi ya saya sendiri terinspirasi dengan setiap makna esai yang tersaji didalamnya. Bagaimana tidak semuanya diambil dari kejadian yang memang selalu terjadi di sekitar kita.

Apa Yang Saya Suka?


Setiap esai yang tersaji di masing-masing ruang tak hanya sekedar mengisahkan pengalaman penulis pribadi namun selalu tersisipkan REFERENSI ini yang membuat saya wuih baru tahu nih tentang ini, tentang itu. Hal ini menjadi point plus bahwasanya penulis berkisah tidak sekedar asal nulis.

"Kita menciptakan gambaran bagaimana kita ingin dilihat atau dikenang oleh orang lain. Tentunya, citra yang kita bangun adalah sesuatu yang positif. Sangat kecil kemungkinannya, kita dengan sadar membangun citra negatif. Dalam buku Branding For Dummies, Bill Chiaravalle dan Barbara Schenck mengatakan bahwa melalui citra diri kita secara positif memengaruhi gambaran mengenai diri kita yang muncul di pikiran orang lain ketika mereka memandang kita atau mendengar nama kita. Kita membantu mereka memahami kesan yang ingin kita sampaikan mengenai diri kita. Bahkan, begitu efektifnya pencitraan ini,orang lain akan punya kesan khusus begitu mereka mendengar atau membaca segala tentang diri kita."  ( Dapur, Hal.155)

Banyak istilah yang bisa saya dapatkan dari buku ini dan menambah knowledge bagi saya pribadi. Ini yang membuat saya suka tak hanya sekedar hiburan namun ada something yang bisa saya tangkap dengan membaca buku ini. 

Sebagai seorang Dosen, penulis mampu mengemas setiap esai-nya bermakna dan alur dalam menyisipkan setiap referensinya itu enak banget dibacanya. Saya rasa ini menjadi ciri khas dari kepenulisan beliau. 

Esai-nya beraneka ragam tak hanya sejenis karena memang mengambil dari berbagai setting yang ditemui penulis, bagi kita mungkin sesuatu yang remahan akan terbaikan namun buku ini membuktikan sesuatu yang remahan belum tentu tidak memiliki makna yang syarat pembelajaran untuk kita.

So, sepakat dengan komen Kang Maman S. Mahayana (kritikus sastra) tentang buku ini yang menyebutkan "layaknya makanan, berbagai tulisan dalam buku ini ibarat kudapan sore hari menemani minum teh hangat atau kopi pahit di beranda belakang rumah.Tak perlu tergesa-gesa menikmatinya. Santai saja "

Meski semacam remah kehidupan keseharian namun remahan ini mampu diolah oleh penulis menjadi sesuatu yang berkesan. Penyajiannya unik namun tidak menutup akan pesan yang hendak di deliver kepada siapapun yang membaca buku ini.

Kesimpulan


Karya esai yang memang kali pertama saya baca ini terbilang menarik, sekali lagi saya mengulangnya, meskipun diangkat dari sesuatu yang sederhana namun memberikan makna. Bagi pembaca seperti saya, tak sulit untuk memaknai setiap esai-nya dan tentu saja ada yang bisa saya ambil setelah membaca keseluruhan esai dalam setiap ruang. 

Tak seperti novel dengan alur cerita, bisa jadi bagi kalian yang tidak suka dengan esai buku ini akan membosankan karena hanya menyajikan seputar opini penulis dengan referensi didalamnya. 

Bila sudah menemukan kejenuhan dalam membacanya, temans bisa membaca secara acak esai mana yang hendak dipilih. Namun tentunya saya harapkan bisa membaca secara keseluruhan. 

Over all semua judul esai-nya menarik bagi saya pribadi yang kali pertama membaca esai, tidak ada yang buat saya tidak berhenti untuk menuntaskan setiap esai-nya hingga 214 halaman.

Yang saya rasakan setiap kali membaca esai-nya selain manggut-manggut juga merasakan "Benar nih emang begitu" semacam insight ditengah kebuntuan 😂.

"Kurang piknik" untuk mengomentari mereka yang reaktif dan gampang salah paham itu perlu dipertimbangkan lagi. Bisa jadi memang informasi yang mereka baca tidak cukup, sehingga mereka bereaksi dengan cara yang tidak diharapkan. Bisa jadi juga, pemberi informasi (penulis) itulah yang kurang piknik. Nah!. Baiklah mari kita piknik ( Kamar, Hal. 100)" 


Oke temans mungkin itu review saya tentang buku ini, penasaran kan? kalau penasaran monggo dicari bukunya dan segera bawa pulang ke rumah. 

Judul Buku : Berbagi Ruang
Penulis        : Nur Utami S.K
Penerbit      : Frasa Media 
ISBN          : 978-602-73481-5-8
Cetakan Pertama, Oktober 2017
214 Halaman