Hai temans,
bahasannya kali ini saya terinspirasi dari film ‘Power Ranger’ loh?kok
bisa?iyah bisa dong, jadi minggu kemarin saya bersama keluarga kecil saya stay
dirumah untuk nonton film ini.
Bagi saya dengan menonton film ini mengingatkan masa kecil yang tiap minggu pagi udah nongkrong depan TV menanti serial kesayangan anak-anak hingga hadirnya serial Power Ranger.
Bagi saya dengan menonton film ini mengingatkan masa kecil yang tiap minggu pagi udah nongkrong depan TV menanti serial kesayangan anak-anak hingga hadirnya serial Power Ranger.
Menyenangkan
banget momen menunggu serial anak-anak di hari minggu namun mood saya bisa
berubah bête kalau tau-tau ada tayangan live tinju bak nonton layar tancep di
luar ruangan namun ternyata gerimis maka bubarlah penonton.
Menonton
Power Ranger versi 2017 ini merecall daya ingat saya karena dalam serial Power
Rangers tak luput dari peran Zordon, Alpha, Rita si musuh, dan tentunya para Ranger. Bahkan saya
masih mengingat nama Kimberly sebagai Ranger Pink dan Jason Sebagai Ranger
Merah. Karena mereka dua ranger favorit saya loh.
Akang suami
pun heran mengapa saya hafal?lah jelas wong kecil suka mantengin power ranger
kok bahkan logatnya si Alpa aja masih terngiang-ngiang dalam kepala “aya-ya-ya”
:D
Namun saat
ini saya bukan ingin menyoroti isi ceritanya karena ceritanya hampir sama intinya melawan monster ciptaan Rita, buat teman-teman yang suka nonton Power Ranger
tentu sudah hapal isi cerita power ranger dimana hanya berkisah ranger melawan
monster buatan Rita begitu aja seterusnya sampe Dora masuk SMA *LOL.
Kalau
ditanya adakah perbedaan yang saya rasakan ketika menonton ini?Bedanya adalah
waktu kecil ketika saya nonton serial ini hanya mengharapkan semua Ranger
kalahin monster-monster ajaib saja sedangkan sekarang sudah mamak-mamak justru
sudut pandang saya berbeda. Iya saya melihat point “Kepemimpinan” didalamnya
*tsaah beurat amat.
Bagi saya saat mereka (para ranger) melawan Goldar monster yang tercipta dari emas itu terlihat jelas
bagaimana Jason si ranger Merah yang mengarahkan timnya dengan baik, mengambil
keputusan dengan cepat dan tepat dan yang pasti ia memberikan semangat buat
timnya.
Pada part
ini saya bahkan merinding menyaksikan bagaimana Jason sebagai Leader
mengarahkan teman-temannya untuk bisa mengikuti petunjuknya. Bahkan saat mereka
sudah mulai lemah Jason berteriak “NO
ONE DIES ALONE” dan akhirnya mereka mati semua?tentu tidak karena ujug-ujug Megazord terbentuk disini saya mulai bingung
wkwkwk.
Nah saat semua
berada dalam satu Megazord (gabungan dari masing-masing Zord yang dikendarai
para Ranger) maka tugas Jason menurut saya berat, coba kalau timnya bawel ga
ada yang mau dengerin komando sama Jason kebayang tuh Megazord jungkel-jungkelan
boro-boro mau ngalahin Goldar tapi melangkah aja uda susah.
Dan yang
salutnya dalam moment urgent seperti itu menurut kacamata saya, Jason berhasil
mengkoordinasikan masing-masing timnya untuk menjalani fungsinya masing-masing.
Endingnya Power Ranger 2017 gimana?mangga tonton ya teman.
Dari
sekelumit adegan tersebut, coba deh kalau di bandingkan dengan kehidupan
sehari-hari. Apakah menjadi leader itu gampang?semudah Jason membuat para
ranger lainnya manut?jawaban saya “TERGANTUNG”. Tergantung bagaimana cara si Leader mengkomunikasin arahannya dan utamanya kesamaan tujuan yang membuat akhirnya si Follower ngikut.
Sama halnya
di film lain, Temans sudah nonton Facing The Giant?saya pernah bahas film ini
disini, dan part bagaimana keberhasilan tim itu memang berasal dari Leadernya.
Saya masih mengingat bagaimana dalam film tersebut Brock kalau ga salah yang jadi Leadernya saat bertanding dengan THE Giant karena jumlah regu antara the giant dengan timnya tidak seimbang hampir membuat Brock dan tim menyerah.
Saya masih mengingat bagaimana dalam film tersebut Brock kalau ga salah yang jadi Leadernya saat bertanding dengan THE Giant karena jumlah regu antara the giant dengan timnya tidak seimbang hampir membuat Brock dan tim menyerah.
Bahkan di
menit-menit berapa gitu Brock bilang ke Coachnya dia sudah tidak sanggup namun
coachnya meyakinkan dirinya sebagai leader. Apa yang terjadi Brock membuat
barisan yang kuat menghadang musuhnya hingga the Giant pun kaget melihat
kegigihan mereka. Yes endingnya adalah menang group mereka yang selalu dicibir
bahkan tidak pernah sekalipun menang akhirnya mengalahkan group football yang
menjadi juara berturut-turut. Kisah ini konon adalah based on true Story.
Disini saya
juga melihat sisi kepemimpinanya Brock selain coachnya ya tentu, bagaimana Brock mencoba memberikan semangat
buat timnya hingga mampu bertahan dengan keadaan yang saya lihat uceet ini
semua ga mungkin bisa menang jika melihat jumlah pemain the Giant.
Temans, dari
kedua film ini saya melihat ternyata menjadi sosok Leader itu tanggungjawabnya
besar. Leader menyerah tim berantakan, Leader pantang menyerah tim bertahan.
Tak hanya sekedar tanggungjawab tapi bagaimana mengantarkan timnya menuju
keberhasilan tanpa ada satupun yang tertinggal.
Lalu saya
teringat kisah saya sendiri ketika menjadi Ketua Kelompok Seni Tari saat SMP,
malang tak dapat ditolak saya mendapatkan anggota kelompok 1 orang yang memang
sangat kaku dalam menari dan minim kemauan untuk latihan,
Kelompok
saya terdiri atas 5 orang termasuk “mawar” sebut saja begitu, kelompok seni
tari ini merupakan kelompok untuk ujian akhir kesenian sebagai siswa kelas 3.
Disini kami harus mengimprovisasi dengan cara mengubah-ubah
formasi anggota dalam menarikan tarian daerahnya.
Dengan waktu
yang mefet, saya sebagai leader *biar keren nyak* mencoba mengumpulkan
teman-teman kelompok mendiskusikan bagaimana dari 1 ritme ke ritme lainnya kami
bisa membentuk formasi yang berubah dan tentu saja demi keindahan performnya
masing-masing tim harus sudah hafal di luar kepala setiap gerakannya.
Apa yang
terjadi?”mawar” tak mampu mengikuti ritme kelompok yang memang dituntut cepat
untuk beradaptasi ah teman bisa dibayangkan bagaimana mumetnya kepala saya
dengan hal ini.
Beberapa kali latihan belum ada perubahan dan malah mengacaukan anggota yang lainnya.
Beberapa kali latihan belum ada perubahan dan malah mengacaukan anggota yang lainnya.
Apa yang
saya lakukan sebagai ketua kelompok saat itu?pinjem istilah sekarang galau yes galau akut yang
saya rasakan saat itu. Karena salah satu point penilaian ujian tarian ini adalah
kekompakan, keseragaman tak hanya dari kostum akan tetapi utamanya adalah
gerakan tarinya masing-masing anggota. Yang tanpa perlu saya sebagai leader
kasih aba-aba namun anggota kelompok bisa hafal membentuk formasinya.
Finally, dengan penuh
rasa tega *jahat banget akoh saat itu* saya memutuskan “mawar” out dari
kelompok lalu saya menyesal hingga kelulusan mikirin nasipnya piye yak?nari
sendirian.
Untungnya zaman dulu tidak seekstrim sekarang, tidak suka maka nyegat teman lalu dibully, dijambak. Kala itu Saya masih aman melenggang namun tentunya perasaan bersalah tetap ada dalam diri saya. Saya gagal jadi leader *begitulah pemikiran saya*
Untungnya zaman dulu tidak seekstrim sekarang, tidak suka maka nyegat teman lalu dibully, dijambak. Kala itu Saya masih aman melenggang namun tentunya perasaan bersalah tetap ada dalam diri saya. Saya gagal jadi leader *begitulah pemikiran saya*
1. Pemberi Semangat
Saya belum
sampe tahap itu bahkan saya sudah menyerah duluan sebelum saya usaha
mati-matian buat si “mawar” berhasil menghafal gerakan tarian. Bahkan saya
belum seperti Jonas yang sampe berteriak No One Dies Alone atau layaknya Brock
berteriak kencang meminta semua anggota bertahan dengan sisa-sisa tenaga.
2. Mengarahkan
Meski saya
gagal mengarahkan satu orang namun setidaknya saya berhasil mengarahkan ke-3
orang lainnya untuk menyelesaikan ujian tersebut. Yah seenggaknya kepemimpinan
saya masih kepake dikit hahaha. Bandingkan dengan Jason mengarahkan ke-4 temannya dan tak main-main nyawa mereka yang jadi taruhannya.
3. Mencapai Target
Target saya
kala itu membawa semua anggota kelompok mendapatkan nilai A. Apakah saya
berhasil?YES berhasil meskipun menghilangkan “mawar” *lalu merasa berdosa lagi*
berbahagia diatas penderitaannya. Sedangkan Jason maupun Brock targetnya tentu kemenangan.
4. Tidak Boleh Tegaan
Nah salah
satu kriteria keberhasilan pemimpin itu katanya tidak boleh tegaan mungkin kita bisa
lihat di film Facing The Giant, semua anggota udah capek tapi Brock masih
meminta mereka ayooo ‘GIVE UR BEST”.
Bahkan yang power ranger juga timnya udah panik, bahkan Kimberly udah dadah-dadah aja ke Jason tapi tetap Jason bilang ayo kita berusaha bertahan.
Bahkan yang power ranger juga timnya udah panik, bahkan Kimberly udah dadah-dadah aja ke Jason tapi tetap Jason bilang ayo kita berusaha bertahan.
Dan melihat
hal ini kayaknya keputusan saya untuk menendang syantiek “mawar” mungkin yah
berhasil karena jika saya tidak keluarkan dia maka tak mungkin saya dan ke-3
teman lainnya dapat A yang ada kami gagal ujian. Lalu menangis bersama sambil
rangkulan ala AADC *tsaah.
5. Pengambil Keputusan
Entah Jason,
Brock ataupun saya ketika menjadi leader dituntut selalu untuk memutuskan,
menyusun strategi, menyusun cara bagaimana caranya agar tim berhasil mencapai
targetnya meski keadaan mendesak.
Karenanya jadi leader mesti bisa menganalisa elah gaya bet yak?tapi dulu saat SMP yang saya fikirkan memang bagaimana kami menari bersama dan dapat nilai ujian akhir baik penentu juga bukan buat kelulusan.
Karenanya jadi leader mesti bisa menganalisa elah gaya bet yak?tapi dulu saat SMP yang saya fikirkan memang bagaimana kami menari bersama dan dapat nilai ujian akhir baik penentu juga bukan buat kelulusan.
***
Apakah
sekarang banyak yang ingin jadi leader?banyak yang kepingin jadi leader tapi sulit
untuk mengajak followernya berhasil. Tanpa follower kita bukan leader tapi bak winne
the pooh liat aja cuman pake atasan doank bawahannya ga ada?dan sebaliknya tanpa atasan kita
seperti Patrick Sponge bob yang ah sudahlah kesel kalau liat dia tapi lucu da *tau kan patrick cuman pake bawahan doank
:D
Dari sekelumit film dan kisah saya ini saya menyimpulkan jika jadi leader itu sulit itulah mengapa saat ini juga tugas saya dikantor memberikan training leadership untuk karyawan.
Tapi semuanya dikembalikan kepada masing-masing, mau jadi Leader or Follower yang penting bisa berperan sesuai porsinya masing-masing. Dan jangan sampai mendzolimi orang lain.
Dari sekelumit film dan kisah saya ini saya menyimpulkan jika jadi leader itu sulit itulah mengapa saat ini juga tugas saya dikantor memberikan training leadership untuk karyawan.
Tapi semuanya dikembalikan kepada masing-masing, mau jadi Leader or Follower yang penting bisa berperan sesuai porsinya masing-masing. Dan jangan sampai mendzolimi orang lain.
Sekian update kali ini, Gimana
temans?kira-kira enaknya jadi apa dong?leader atau follower?ada yang mau sharing?yuk.