Hai temans? apa kabar semuanya? semoga baik-baik saja meskipun cuacanya sedang ga enak. Bahasan saya kali ini tentang Psikotes, mungkin sebelumnya pernah saya bahas sekilas tentang hasil psikotes.
Beberapa waktu lalu, saya pernah membaca status seseorang yang berbunyi kurang lebih seperti ini "Buat apasih ada Psikotes? di Luar Negeri aja sudah ga pake tuh yang namanya psikotes kalau mau masuk kerja tinggal interview dan melihat skill saja, kalau disini ribet banget mesti ada Psikotes dan saya ga lulus".
Sudah dipastikan status ini terlihat bagaimana orang itu kecewa dan menyalahkan "psikotes" sebagai penyebab ia susah diterima kerja.
Sudah dipastikan status ini terlihat bagaimana orang itu kecewa dan menyalahkan "psikotes" sebagai penyebab ia susah diterima kerja.
Masih ingat dengan Proaktif dan Reaktif yang pernah saya bahas sedikit tentang Moment Sabar Menjadi Recruiter dimana seorang pelamar marah-marah karena tidak saya bolehkan untuk ikuti psikotes, dia menyalahkan orang lain bukannya intropeksi diri. Pun sama dengan orang ini reaktif dengan menyalahkan psikotes.
Dalam keseharian kita memang yah paling mudah itu menyalahkan orang lain, melemparkan kesalahan kepada orang lain, defence akut ketika segala sesuatunya tidak berjalan dengan rencana.
Sama seperti kasus dalam status orang tersebut, bagaimana ia menyalahkan psikotes padahal menurut saya psikotes sudah ada dari zaman doeloe kala bahkan ada alat test yang sejak tahun 1800-an masih sama bentuknya.
Sama seperti kasus dalam status orang tersebut, bagaimana ia menyalahkan psikotes padahal menurut saya psikotes sudah ada dari zaman doeloe kala bahkan ada alat test yang sejak tahun 1800-an masih sama bentuknya.
Saya jadi tergelitik menanggapinya, memang konon dari beberapa kabar burung saya dapatkan jika di luar sana sudah tidak lagi menggunakan psikotes *katanya* untuk keakuratannya sendiri saya ga tahu bahkan pendidikan saya yang masih segede biji kacang ijo ini belum sanggup untuk menyatakan jika psikotes sudah tidak memiliki arti lagi dalam fungsi kerja.
Kalau pendapat saya yang memang dulu belajar dan saat ini kerja di bagian HRD, Psikotes itu memungkinkan recruiter untuk MEMPREDIKSI potensi performa
pekerja sebelum mereka bekerja. Ibaratnya jangan sampe niy perusahaan seperti membeli kucing dalam karung, si karyawannya ga ada sama sekali profile potensinya.
Kebayang ga siy hal ini jadi memudahkan recruiternya?namun banyak pula yang sering nyalahin recruiternya kalau ternyata si calon karyawan gagal masuk.
Sebenarnya gini Psikotes itu kan memberikan informasi yang sulit didapat jika hanya mengandalkan pengamatan / penilaian secara umum. Ingatlah wahai calon pekerja, Recruiter bukan cenayang atau mbah M*jan yang suka kasih label tertentu hanya dengan melihat sekilas.
Sebenarnya gini Psikotes itu kan memberikan informasi yang sulit didapat jika hanya mengandalkan pengamatan / penilaian secara umum. Ingatlah wahai calon pekerja, Recruiter bukan cenayang atau mbah M*jan yang suka kasih label tertentu hanya dengan melihat sekilas.
Lagian niy temans kalau saya cuman ngandelin pengamatan saya sendiri tentunya saya akan melakukan Hallo Effect atau Devils Effect. Ga bisa dipungkiri, setiap calon pekerja, ketika mengikuti tes tentunya berusaha
untuk menciptakan kesan pertama yang positif.
Kesadaran bahwa dirinya
sedang dinilai sama saya selaku recruiter pasti membuatnya untuk menunjukkan dirinya yang terbaik.
Jika yang ditunjukkan bukanlah kondisi yang sebenarnya, maka tentu saat
ia bekerja, hasil kerjanya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.
Dan Psikotes dapat ‘mendeteksi’ hal tersebut, sehingga dapat membedakan orang-orang yang terlihat baik karena mereka memang benar-benar baik dan orang-orang yang terlihat baik karena mereka sedang menyembunyikan hal-hal yang buruk.
Dan Psikotes dapat ‘mendeteksi’ hal tersebut, sehingga dapat membedakan orang-orang yang terlihat baik karena mereka memang benar-benar baik dan orang-orang yang terlihat baik karena mereka sedang menyembunyikan hal-hal yang buruk.
Sudah kebayang temans sedikit tentang Psikotes?oke saya lanjutkan kembali lain dari itu psikotes bisa membantu memetakan karyawan untuk mengisi
posisi yang sesuai dengan dirinya.
Hal ini bukan hanya untuk menguntungkan perusahaan karena dapat memiliki orang-orang terbaik untuk mengisi posisi yang ada, tetapi juga menguntungkan karyawan yang bekerja di dalamnya karena akan membuatnya bekerja sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Hal ini bukan hanya untuk menguntungkan perusahaan karena dapat memiliki orang-orang terbaik untuk mengisi posisi yang ada, tetapi juga menguntungkan karyawan yang bekerja di dalamnya karena akan membuatnya bekerja sesuai dengan minat dan kemampuannya.
Untuk proses recruitmen dalam perusahaan sendiri itu tidak hanya mengandalkan hasil psikotes saja namun diantaranya merupakan gabungan hasil dari :
💦 Interview HRD maupun Interview User
💦 Tehnikal Test
💦 Tehnikal Test
Dan beberapa hasil sesuai dengan standar yang ada di perusahaan masing-masing. Lulus atau tidaknya menjadi calon karyawan tentunya tergantung dengan hasil psikotesnya apakah sesuai potensi dan kepribadiannya dengan posisi yang sedang membutuhkan.
Buat temans yang merasa gagal tes kerja terlebih karena gagal psikotes, jangan patah semangat terus perbaiki diri, terus usaha untuk menaklukan psikotesnya namun jangan juga menghalalkan cara yang tidak baik. Belakangan memang beredar alat tes psikologi berseliweran bahkan sedihnya ada yang jual sampai kunci jawabannya.
Selalu ingat loh teman curang dalam tes bahkan bisa mengelabui semua orang belum tentu ketika berada dalam situasi kerja yang sesungguhnya bisa bertahan. So, untuk hasil maksimal dan terbaik mulailah dengan usaha yang baik pula.
Akhirul kalam saya mau sampaikan, psikotes hanyalah tools untuk memprediksi jika di kemudian hari si pekerjanya tidak sesuai dengan hasil tesnya bisa jadi karena banyak faktor. Mungkin kesempatan yang menjadikan karyawannya nyeleneh atau berbuat yang tidak sesuai, bisa jadi karena untuk lolos psikotes ia menghalakan berbagai cara.
Dan menurut saya bukan psikotesnya yang bermasalah namun diri kitalah yang bermasalah jika ternyata tes kerjanya gagal. Bukan menyalahkan namun terus perbaiki diri. Karena kita terbiasa menganggap enteng tentang psikotes alah cuman begitu doank nyatanya?silahkan jawab masing-masing 😃.
Semoga bermanfaat yah 💋