Tergolong newbie dalam dunia tariksuara menulis, bagi saya bisa tembus majalah Femina menambah deretan target yang bisa saya capai *eciee*. Saya kirimkan bulan Agustus 2016, sebanyak 5 tulisan namun tak langsung tayang.
Bulan pun berlalu hingga tiba saat itu bulan Desember 2016, tiba-tiba dering SMS berbunyi yang isinya "Sore Mba Herva untuk tulisan "Safety First Goreng Cumi" apakah pernah tayang sebelumnya?"
Bulan pun berlalu hingga tiba saat itu bulan Desember 2016, tiba-tiba dering SMS berbunyi yang isinya "Sore Mba Herva untuk tulisan "Safety First Goreng Cumi" apakah pernah tayang sebelumnya?"
Membaca sms tersebut, saya balas secepat kilat menegaskan jika tulisan itu Original masih fresh belum terjamah media manapun. Hingga 4 hari kemudian muncullah email sakti berisi surat konfirmasi yang harus saya isi dan dikirimkan kembali ke Redaksi Femina lewat pos dengan bermaterai.
Jangan tanyakan bagaimana rasanya yang jelas saya senang hingga bermimpi saya bisa ketemu teteh Bella lalu kami berdua foto bersama buat cover majalah kuncung *untung cuman mimpi* LOL.
Setelah mengirimkan surat konfirmasi, tulisan saya tak lantas muncul di Majalah akan tetapi saya masih menunggu dengan syantiek. Hingga akhirnya diakhir bulan Desember, muncul SMS sakti kembali jika majalah saya dimuat edisi 02 Januari. Ngomongin honor, dalam surat konfirmasi tertera 45 hari setelah tayang jadi harap bersabar ya gaes, saya juga masih menanti hahaha.
Berhubung ini tulisan perdana yang tayang di media cetak, akhirnya saya berburu donk. Namun sayang di Cimahi tepatnya Contong hampir tidak ada yang jual majalah Femina *sedih*.
Berjuang demi majalahnya, saya coba searching akhirnya nemu yang jualan majalah Femina Online. Perjuangan ngubek-ngubek anterin saya ketemu Capcayshop di Tokopedia.
Lama menanti akhirnya dapet juga majalahnya. Penjualnya ramah, fast respon lagi. Beli Majalah edisi 02 saya dibonusi 2 majalah Femina lainnya. Makasi yah sist :) buat teman-teman yang juga berburu majalah lawas ga perlu ketik REG spasi Lawas tapi langsung searching aja ya di tokopedia atau bukalapak aja toko "Capcayshop".
Lama menanti akhirnya dapet juga majalahnya. Penjualnya ramah, fast respon lagi. Beli Majalah edisi 02 saya dibonusi 2 majalah Femina lainnya. Makasi yah sist :) buat teman-teman yang juga berburu majalah lawas ga perlu ketik REG spasi Lawas tapi langsung searching aja ya di tokopedia atau bukalapak aja toko "Capcayshop".
Begitulah sekilas penantian saya terkait penayangan tulsian Gado-gado. Bagi teman-teman yang mau kirim juga saya ga tahu temanya yang disukai karena dari 5 tulisan baru nembus yang ini. Semoga next ada yang tembus lagi.
Harap sabar menanti yah jangan putus asa selalu berfikiran positif dan tetap semangat menulis, kirim, menulis, kirim hingga abang Duta S07 dateng nyanyi depan rumah *loh*
Harap sabar menanti yah jangan putus asa selalu berfikiran positif dan tetap semangat menulis, kirim, menulis, kirim hingga abang Duta S07 dateng nyanyi depan rumah *loh*
Nah berikut tulisan asli saya, sementara yang sudah di majalah telah diedit terlebih dahulu. Semoga bisa menghibur yah.
Pesan Teteh Bella biar pada baca gado-gado saya :D |
Safety First Goreng Cumi
“Aih sapa yang menyangka
ternyata cumi-cuminya loncat kesana kemari keluar dari wajan dan mengeluarkan
bunyi seperti petasan meletok. “
**
Aku
terbilang newbie dalam urusan memasak, menyesal dulu paling malas kalau disuruh
bantuin ibu masak saat gadis. Siapa sangka setelah menikah, memasak menjadi
core kompetensi dalam menjalani biduk rumah tangga.
Syukur banget suami ga pernah nuntut
supaya aku bisa masak masakan Eropa atau Timur Tengah yang penting aku masak
apapun pasti suami habiskan. Sama sekali tidak complain dengan rasa dan bentuk
tapi suami selalu lahap apapun yang aku sajkan.
Adalah
cumi asin masakan kesukaannya. Aku tahu ini ketika ibu mertua menghidangkan
cumi asin dan lalap saat kami bertamu kala itu. Suami makan sampai nambah 2x,
padahal cuman makan cumi asin sama sayur lalapan yang dikukus lalu diberikan
bumbu kacang, di tempat kami dinamakan Lotek.
Terinspirasi
dari menu masakan mertua maka aku berinisiatif untuk mencoba di rumah. Membeli
cumi asin ternyata harganya lumayan mahal ¼ kg bisa 25 ribu sudah kayak daging
sapi saja mahalnya. Pulang dari pasar, aku coba rendam cumi tersebut tujuannya
biar bersih dan menghilangkan rasa asin yang tajam.
Malam itu kali pertama aku goreng
cumi, masukin cumi ke wajan yang di penuhi minyak panas. Aih sapa yang
menyangka ternyata cumi-cuminya loncat kesana kemari keluar dari wajan dan
mengeluarkan bunyi seperti petasan meletok.
Aku
yang terkaget-kaget hanya bisa teriak aawww…aaawww…dan binggo byurrr cepretan
minyak panas mengenai lengan dan jari. Makinlah aku berteriak, membuat suami
menuju dapur namun reaksinya dengan santai bilang “hati-hati Bun goreng cumi
mah begitu”.
Demi
suami tangan aku pun berbekas luka karena semburan minyak. Sudah seperti tato.
Untunglah aku menggunakan jilbab jadi luka bekas semburan minyaknya tidak
terlihat. Lukanya cukup lama menghilang sepertinya betah di lengan aku.
Semenjak
kejadian itu aku enggan untuk memilih cumi asin sebagai menu makanan keluarga.
Tak ingin kejadian semburan minyak terjadi. Sayangnya suami selalu minta untuk
goreng cumi asin, ia mengaku nafsu makan bertambah kalau makan cumi asin.
“Bun,
beli cumi asin lagi dong” bujuk suami
“ogah
ah nanti tato bunda nambah lagi yah” protesku
“pas
gorengnya ditutup pake tutup panci aja Bun, gimana?”
Suamiku tetap membujuk dengan
menawarkan solusi agar safety saat goreng cuminya. Apalah mau dikata tak ada
alasan lain untuk menolak keinginan suami yang sepertinya lagi ngidam banget
pengen makan cumi.
Kali kedua menggoreng cumi seperti
yang suami sarankan, aku gunakan tutup panci kesayangan biar si cuminya ga akan
kabur lagi dari wajan. Pas cumi-cuminya sudah berendam di kuali dengan sigap
aku tutup pake tutupan panci. Tidak ada cumi yang kabur loncat dan semburan
minyak hanya berbeletok dalam tutup pancinya.
Aku fikir sudah aman maka aku
memutuskan membiarkan cuminya tersekap dalam tutup panci. Aku tinggalkan
sejenak untuk menemani anakku bermain. Hingga kelupaan kalau aku sedang
menggoreng cumi.
Pas balik ke dapur, ternyata gagang
tutup pancinya sudah meleleh. Akhirnya aku ambil tutupnya menggunakan garpu.
Taram cuminya uda berwarna cokelat sekali. Aku minta maaf sama suami ternyata
gagal lagi goreng cumi. Pas di makan cuminya garing banget udah kayak makan
kerupuk dan agak pahit.
Goreng cumi pake tutup panci aman
sich ga bikin cuminya kabur dan ga bikin minyaknya bersin-bersin keluar tapi
tutup pancinya jadi meleleh karena gagangnya plastik.
Selanjutnya aku mempelajari kenapa
cumi suka beletok-beletok kalau di goreng. Sepertinya karena kandungan airnya
yang masih banyak. Fikirku masa iya abis beli dari pasar ga di rendem dan di
cuci dulu?maka caraku setelah di cuci dan di rendam air panas, aku tiriskan si
cumi dengan harapan kadar air menurun saat menggoreng.
Berangkat dari teori aku sendiri
karena malu kalau nanya ke orang maka aku tidak ada kapoknya buat coba goreng
lagi. Jadi pas minyak udah mulai bergelembung aku masukin cumi-cuminya. Tidak
perlu menggunakan tutup panci lagi. Namun giliran aku yang berlari secepat
mungkin menjauhi wajan jika sudah ada bunyi PELETOK aku kabur sambil berteriak
“aaaawwwww”. Kalau tak sempat lari biasanya aku langsung merunduk menutup
kuping kayak yang lagi perang lempar-lemparan bom.
Suami dan anakku langsung
menghampiri dan bertanya “kenapa Bun?”.
“Biasa
goreng cumi makanya biar safety langsung ngacir” aku terkekeh.
Meskipun membahayakan dalam
menggorengnya, namun cumi asin memang sedap di makan menemani lalapan ataupun
tumisan. Sampai saat ini begitulah caraku menggoreng cumi asin. Walau masih ada
saja cumi bandel yang pengen loncat indah dari wajan.
Belum
menemukan solusi yang aman, sempat kefikiran pake jas hujan dan helm pas
ngegorengnya sambil ngawasin kalau ada cumi yang mau loncat namun tentunya
mengundang tanda tanya bagi suami dan anakku. Mau balapan apa mau masak?fikirku.
Jujur aku masih trauma dengan semburan bersin minyak panasnya tetapi mencoba
menepis bahayanya demi suami tercinta dan ternyata anakku juga mulai menyukai
cumi asin.
***