Nyaris Bunuh Diri
Saya baru ingat peristiwa di Bank West Tower berbulan-bulan lalu. Ada orang yang melompat bunuh diri karena tragedi besar dalam hidup mereka. Nah, kisah ini serupa. Ada seorang pelukis dan karena kecelakaan motor dokter harus mengamputasi lengan kanannya-lengan yang ia pakai untuk melukis. Akibatnya ia tidak bisa melakukan hal yang paling ia cintai di dunia.
Segera seyelah ia keluar dari rumah sakit, ia memanjat gedung tinggi, berdiri di pinggir puncak gedung itu. Ketika hendak melompat, ia melihat ada orang berjalan di bawah, pria tanpa lengan sama sekali, sedang menari di teras depan gedung itu. Ia ternganga melihat pemandangan yang tak disangka-sangka itu. Ia berfikir, "Ya Tuhan?aku baru kehilangan satu lengan saja sedangkan ada orang tanpa lengan sama sekali dan ia menari penuh sukacita!Apaan sih yang kulakukan sampai ingin bunuh diri segala ?".
Ia membatalkan niatnya, memutuskan untuk tetap hidup. Namun ia ingin tahu rahasia orang yang tak punya lengan ini, bagaimana ia masih bisa menari-nari sebegitu bahagiannya!Lalu ia lari turun hingga ke teras, berhasil menyusul pria itu, "Pak, Anda telah menyelamatkan nyawa saya?saya baru kehilangan lengan dan hampir saja bunuh diri. Anda selamatkan saya ketika saya melihat Anda, tak punya lengan, menari gembira di jalan. Kok Anda bisa begitu?bBeritahu saya!".
Pria tanpa lengan itu berkata "Pak! Saya tidak menari gembira. Saya Cuma ingin menggaruk pantat saya." (dikutip dari Buku Cacing dan Kotoran 2- Hal 20).
****
Sengaja saya mengawali cerita ini yang saya kutip dari sebuah buku. Menarik isinya bukan?sering terjadi dalam kehidupan kita juga terutama berkaitan dengan keputusasaan lalu akhirnya kita mendapatkan satu moment yang menjadi titik balik perubahan diri kita.
Saya juga pernah nyaris gagal wisuda karena ibu meninggal, nyaris gagal bikin paspor cuman gara-gara Kartu Keluarga, nyaris saja ketabrak mobil ketika hendak nyebrang.
Dan peristiwa paling parah adalah nyaris saja jatuh ke jurang sewaktu saya duduk di kelas 4SD karena mobil bapak tetiba bannya gelosor sehingga mobil terguling ada di mulut jurang dan kami berasa main enjot-enjotan.
Kejadian itu hampir merenggut nyawa kami, alhamdulilah takdir kami tidak terhenti karena kejadian itu. Kecelakaan mobil itu sama sekali tidak meninggalkan bekas trauma meskipun kami hampir terjatuh.
Namun peristiwa itu masih melekat dalam memori saya. Bagaimana tatapan para kuli bangunan yang kami lewati mereka hanya terdiam menyaksikan mobil ban kami terselip.
Warga berdatangan, berteriak, ramai oleh teriakan warga berbondong-bondong yang ingin menarik kami keluar mencoba menyelamatkan kami. Saya hanya diam duduk dibangku belakang mobil hingga warga menyelamatkan saya, ibu dan bapak keluar lewat jendela mobil. Semua pintu sama sekali ga bisa dibuka seolah-olah menghendaki kami terjun ke dalam jurang.
Ibu menangis dan menjerit, saya melihat luar biasa ketakutan dari teriakannya. Bapak begitu tenang dan hanya meminta ibu saya diam.
Saya pun hanya diam tergencet di bangku belakang mendengarkan dengan seksama ibu yang panik dan bapak yang sudah pasrah. Saya tidak memikirkan apapun kala itu, semuanya mendadak hilang dari memori bahkan PR dari guru pun luput dari ingatan saya.
Tangan-tangan warga masuk melalui jendela sempit, saya diteriaki untuk bisa bangun dan meraih tangan mereka.
Saya terbebas dan sudah berada di luar mobil, ibu-ibu berdatangan sembari memberikan segelas air yang disiapkan untuk saya. Saya diminta untuk menghabiskan minumnya dan duduk di bawah pohon.
Warga masih berusaha keras mengeluarkan bapak dan ibu, terutama ibu yang memiliki bentuk badan yang melebar sementara kaca mobil yang bisa dibuka cukup untuk badan kurus dan kecil seperti saya. Saya hanya bisa bengong, mungkin linglung atau bingung. Tak lama ibu akhirnya selamat keluar dari mobil bergegas menghampiri saya dan memeluk.
Kami lalu pergi pulang menggunakan bis, di bis saya masih bengong. Sesampainya di rumah, keluarga dari ibu panik berdatangan menanyakan kondisi kami.
Saya masih tetap diam lalu tiduran dan yang saya ingat luka bekas suntikan di sekolah membengkak karena terbentur dan tergencet. Kejadian itu berlalu, namun ibu dan bapak masih mengulas kejadian tersebut seolah kecelakaan mobil itu seperti berita gosip seseartis yang tayang di lambe turah *lah nyambung kesini* hahaha.
Ibu berkali-kali menyebutkan kata nyaris pun sama dengan bapak menyebut kata untung tiap kali membahas kecelakaan tersebut kepada sodara, tetangga, kerabat maupun teman yang datang berkunjung ke rumah kami. Saya masih 8 tahun kala itu, tak banyak yang saya fikirkan selain sekolah dan tes sumatif yang bikin badan saya demam tiap kali diumumkan waktunya oleh wali kelas.
Mengingat kata nyaris seolah ada kekuatan yang melindungi padahal sudah jelas setiap peristiwa yang dialami memiliki skenario dari sang Pencipta. Bahkan sehelai rambut jatuh pun tak luput dari kuasa dan catatNya. Sama seperti cerita di awal padahal sudah jalannya si pelukis itu melanjutkan hidupnya dan saat yang bersamaan Alloh hadirkan orang lain tanpa tangan itu untuk membuka fikirannya.
Sama juga dengan kejadian saya, sebenarnya tidak kata nyaris yak karena bagi saya itu semua udah ada yang ngatur tergantung keyakinan dan kencengnya doa kita. Saya nyaris ga dapet paspor karena
Kartu keluarga yang asli ga jadi, tapi itu semua bukan penghalang kalau sudah kehendak Alloh. Kalau Alloh sudah kehendak saya bisa ke Malaysia ga ada satupun penghalang yang bisa mencegahnya. Dan alhamdulilah saya bisa juga menjejakkan kaki ke Malaysia.
Baca Lagi : Jalan-jalan Gratis Ke Kuala Lumpur
Akan ada tanda dari Alloh ketika kita dihadapkan dengan satu masalah besar, tanda untuk mensyukuri, tanda untuk mulai berubah dan tanda untuk memperbaiki diri. Gimana? masih percaya dengan semua kata nyaris?percayalah gaes itu semua sudah ada ketetapannya dan kehendaknya dari yang maha Kuasa.
Saya juga pernah nyaris gagal wisuda karena ibu meninggal, nyaris gagal bikin paspor cuman gara-gara Kartu Keluarga, nyaris saja ketabrak mobil ketika hendak nyebrang.
Dan peristiwa paling parah adalah nyaris saja jatuh ke jurang sewaktu saya duduk di kelas 4SD karena mobil bapak tetiba bannya gelosor sehingga mobil terguling ada di mulut jurang dan kami berasa main enjot-enjotan.
Kejadian itu hampir merenggut nyawa kami, alhamdulilah takdir kami tidak terhenti karena kejadian itu. Kecelakaan mobil itu sama sekali tidak meninggalkan bekas trauma meskipun kami hampir terjatuh.
Namun peristiwa itu masih melekat dalam memori saya. Bagaimana tatapan para kuli bangunan yang kami lewati mereka hanya terdiam menyaksikan mobil ban kami terselip.
Warga berdatangan, berteriak, ramai oleh teriakan warga berbondong-bondong yang ingin menarik kami keluar mencoba menyelamatkan kami. Saya hanya diam duduk dibangku belakang mobil hingga warga menyelamatkan saya, ibu dan bapak keluar lewat jendela mobil. Semua pintu sama sekali ga bisa dibuka seolah-olah menghendaki kami terjun ke dalam jurang.
Ibu menangis dan menjerit, saya melihat luar biasa ketakutan dari teriakannya. Bapak begitu tenang dan hanya meminta ibu saya diam.
Saya pun hanya diam tergencet di bangku belakang mendengarkan dengan seksama ibu yang panik dan bapak yang sudah pasrah. Saya tidak memikirkan apapun kala itu, semuanya mendadak hilang dari memori bahkan PR dari guru pun luput dari ingatan saya.
Tangan-tangan warga masuk melalui jendela sempit, saya diteriaki untuk bisa bangun dan meraih tangan mereka.
Saya terbebas dan sudah berada di luar mobil, ibu-ibu berdatangan sembari memberikan segelas air yang disiapkan untuk saya. Saya diminta untuk menghabiskan minumnya dan duduk di bawah pohon.
Warga masih berusaha keras mengeluarkan bapak dan ibu, terutama ibu yang memiliki bentuk badan yang melebar sementara kaca mobil yang bisa dibuka cukup untuk badan kurus dan kecil seperti saya. Saya hanya bisa bengong, mungkin linglung atau bingung. Tak lama ibu akhirnya selamat keluar dari mobil bergegas menghampiri saya dan memeluk.
Kami lalu pergi pulang menggunakan bis, di bis saya masih bengong. Sesampainya di rumah, keluarga dari ibu panik berdatangan menanyakan kondisi kami.
Saya masih tetap diam lalu tiduran dan yang saya ingat luka bekas suntikan di sekolah membengkak karena terbentur dan tergencet. Kejadian itu berlalu, namun ibu dan bapak masih mengulas kejadian tersebut seolah kecelakaan mobil itu seperti berita gosip seseartis yang tayang di lambe turah *lah nyambung kesini* hahaha.
Ibu berkali-kali menyebutkan kata nyaris pun sama dengan bapak menyebut kata untung tiap kali membahas kecelakaan tersebut kepada sodara, tetangga, kerabat maupun teman yang datang berkunjung ke rumah kami. Saya masih 8 tahun kala itu, tak banyak yang saya fikirkan selain sekolah dan tes sumatif yang bikin badan saya demam tiap kali diumumkan waktunya oleh wali kelas.
Mengingat kata nyaris seolah ada kekuatan yang melindungi padahal sudah jelas setiap peristiwa yang dialami memiliki skenario dari sang Pencipta. Bahkan sehelai rambut jatuh pun tak luput dari kuasa dan catatNya. Sama seperti cerita di awal padahal sudah jalannya si pelukis itu melanjutkan hidupnya dan saat yang bersamaan Alloh hadirkan orang lain tanpa tangan itu untuk membuka fikirannya.
Sama juga dengan kejadian saya, sebenarnya tidak kata nyaris yak karena bagi saya itu semua udah ada yang ngatur tergantung keyakinan dan kencengnya doa kita. Saya nyaris ga dapet paspor karena
Kartu keluarga yang asli ga jadi, tapi itu semua bukan penghalang kalau sudah kehendak Alloh. Kalau Alloh sudah kehendak saya bisa ke Malaysia ga ada satupun penghalang yang bisa mencegahnya. Dan alhamdulilah saya bisa juga menjejakkan kaki ke Malaysia.
Baca Lagi : Jalan-jalan Gratis Ke Kuala Lumpur
Akan ada tanda dari Alloh ketika kita dihadapkan dengan satu masalah besar, tanda untuk mensyukuri, tanda untuk mulai berubah dan tanda untuk memperbaiki diri. Gimana? masih percaya dengan semua kata nyaris?percayalah gaes itu semua sudah ada ketetapannya dan kehendaknya dari yang maha Kuasa.