Gembira rasanya bisa menginjakkan kaki ini di tanah Sulawesi, saya tak pernah menyangka bisa mendapatkan perjalanan dinas sampai ke kota ini.
Saya bersyukur bisa menjejakan langkah kaki tanpa merogoh kocek sendiri yup karena semuanya dibiayai oleh kantor. Perjalanan ke Sulawesi Utara dari pulau Jawa saya tempuh dengan jalur udara.
Saya bersyukur bisa menjejakan langkah kaki tanpa merogoh kocek sendiri yup karena semuanya dibiayai oleh kantor. Perjalanan ke Sulawesi Utara dari pulau Jawa saya tempuh dengan jalur udara.
Keberangkatan dimulai pada hari minggu yang cerah, saya memutuskan untuk memilih perjalanan ke Manado dari Bandung pasalnya penerbangan dari Jakarta schedule penerbangannya waktunya hanya di jam subuh pagi kisaran jam 3 - 5 pagi onde mande ga kebayang dari Bandung jam piro kalau saya ambil penerbangan ini.
Maka dari itu saya memutuskan penerbangan melalui bandara Husein Bandung meskipun transit dulu di Balikpapan.
Dari rumah saya sudah siap sekitar pukul 06.00 wib menunggu armada taksi yang tak kunjung datang bahkan ada drama kejar jemput segala maklum Contong masih belum dikenal luas oleh sebagian armada taksi *sedihnya*.
Selama perjalanan menuju bandara lagi-lagi saya dilanda kecemasan yup macet di Contong dan di Pasteur, duduk sudah gelisah bahkan saya sudah bikin drivernya juga panik karena Pak Boss sudah check in dari pukul 07.30 wib sementara penerbangan pukul 09.25 wib.
Tiba di Bandara pukul 08.15 wib saya bergegas memasuki kawasan bandara dan langsung menemukan pak boss yang sudah menunggu syantiek di ruang check in. Btw saya baru lagi ke Bandara Husein tampilannya sudah ciamik deh. Menunggu sekitar 1 jam akhirnya ada suara merdu memanggil kami yang hendak melakukan perjalanan ke Manado.
Baru kali ini saya menggunakan Lion Air dan bersyukur tidak ada drama delay seperti yang selalu jadi kisahnya itu.
Tak terasa waktu sudah pukul 11.45 wib namun di jam HP menunjukan pukul 12.45 wita baru sampe di Balikpapan hanya numpang pipis pesawat melanjutkan kembali perjalanan hingga ke Bandara Sam Ratulangi pukul 15.00 wita. Disambut dengan guyuran gerimis mengundang membuat Manado terasa adem.
Jangan tanyakan capek atau tidak? yang jelas saat tiba di bandara Sam Ratulangi perut saya benar-benar kelaparan sementara dari Bandara ke Hotel Aston Manado masih menempuh waktu perjalanan kurang lebih 1 jam. Oke fix di mobil jemputan saya hanya diam dengan sisa-sisa tenaga. Karena saya berfikir ketika transit saya bisa membeli cemilan ga taunya pesawat langsung lepas landas lagi.
Berputar-putar cari tempat makan akhirnya kami sampai di tempat makan. Saya yang bingung mau menu apa dan tentunya kelaparan langsung memesan nasi goreng. Tak butuh waktu lama nasi goreng langsung habis saya lahap lalu sampailah saya di Hotel Aston Manado.
Check in tidak membutuhkan waktu lama saya langsung diberikan Card lock lalu si mba Receptionistnya meminta saya untuk menunggu sebentar. Tak lama kemudian mba-nya memberikan segelas "Welcome Drink" juice jambu segar di sore itu.
Senyuman merekah saya berikan kepada mba-nya fikir saya tahu aja mbanya saya butuh yang segar-segar setelah seharian melakukan perjalanan. Kamar saya ada di lantai 10 lantai paling atas.
Setibanya di kamar, saya lalu menaruh peralatan dan bergegas untuk menjama solat ashar dan dzuhur. Selepas wudhu saya baru ngeh kemana ini arah kiblatnya, saya cari-cari keatas plafon tak jua muncul tanda arah kiblat.
Maka dengan segenap menggunakan feeling dan rumusan saya tetapkan kiblatnya sendiri. Sempat tanyakan mba-nya perihal kiblat tapi blio ga ngerti yang ditunjukin malah laci berisi Bibel dan Al-Quran hehehe.
Selepas solat, saya lalu menghubungi suami dan anak untuk skype-an sayangnya di hari pertama saya kesulitan mengaktifkan kamera leptopnya maka kami tak bisa bertatap muka. Perbedaan waktu satu jam ternyata membuat saya belum biasa.
Di Manado sudah adzan magrib di Bandung masih sore terang benderang. Dari kamar hotel saya masih bisa mendengarkan suara adzan meskipun sepanjang jalan memang saya tak melihat ada mesjid yang saya lihat justru banyak sekali gereja dengan tampilan yang luar biasa.
Tampilan kamarnya seperti ini, bikin saya betah ada dalam kamar terlebih kaki saya udah anakan kali ya saking pegelnya. Maka makan malam pertama di Aston Manado saya putuskan delivery room service.
Saya memilih Spagethi Cakalang Sambal Matah. Rasanya luar biasa pedas tapi enak tapi pedas begitu seterusnya sampe piringnya mengkilap. Harganya cuman 55ribu saja tapi rasanya mantep bikin saya mules padahal saya suka pedes hehehe.
Tak terasa waktu sudah larut, saya putuskan untuk mengistirahatkan tubuh yang letih. Sayangnya semakin larut suara mesin seperti mesin cuci yang sedang menggiling pakaian terdengar dari kamar. Lagi-lagi saya terbangun dan mata ini sulit terpejam.
Karena ga bisa tidur akhirnya saya ngoprek dan baru ketemu deh arah kiblat ternyata tersembunyi dalam laci. Alhamdulilah ternyata tadi saya solat benar arahnya.
Ketika kantuk sudah datang kembali akhirnya saya pun tertidur kembali. Dan terbangun oleh adzan subuh. Kebiasaan di rumah jika habis solat subuh saya masak lah ini di hotel maka bengong sendirian hahaha. Pagi itu saya membuka jendela kamar yang terhubung dengan balkon.
Pas buka jendela tak henti berdzikir melihat view yang indah sekali. Di balik balkon saya bisa memandangi laut dan ada jembatan Soekarno yang bangunannya mirip sekali jembatan pasopati Bandung. Indah nian Manado di balik balkon Aston ini.
Perjalanan dinas yang cukup singkat hanya menyisakan perjalanan Pabrik ke Aston membuat hayati lelah sangat. Makanan di Manado pedas-pedas alhasil 4 hari 3 malam disana mulut saya barusuh kalau kata orang sunda.
Setiap hari saya makan ke warung makan D'Penyetz yang letaknya ada disebrang hotel Aston ini. Menu menarik di D'Penyetz ini ada pisang goreng yang ditambah sambel, kali pertama sajian pisang dikasih sambel. Harganya cukup murah untuk sepiring pisang dibandrol 12 ribu, sedangkan ayam penyetnya 30ribuan mayan lah yah kalau di Cimahi mah masih murah disini cukup mahil.
Kembali ke Aston, untuk prepare packing perjalanan dinas ke Surabaya saya tak lupa me-laundry beberapa helai pakaian pada room service. Bingo masukin jam 7 pagi jam 4 beres namun berhubung saya tiba di hotel pukul 19.00 wib baju saya belum dianterin lalu dengan layanan cepat kilat pegawai room langsung mengantarkan sejumlah pakaian milik saya.
Total harganya 200ribu bikin saya melongo untuk laundrynya yang biasanya di Cimahi 8000/kilo ini sekali laundry 200ribu. Maka berkuranglah uang dinasnya wkwkwk.
Hari ke-4 telah tiba saya bergegas meninggalkan hotel Aston Manado menuju ke pabrik yang ada di Surabaya.
Perjalanan ini sangat melelahkan namun saya mensyukuri bisa menjejakkan kaki ini ke Manado. Apalagi bisa bermalam di Aston Manado hotel keren ini, saya kasih penilaian nilai 4 dari rate 5. Oiya tarif semalam disini Rp 690ribu/malam untunglah ini dinas dari kantor maka saya pun ga masalah hahaha.
Demikian kisah saya bermalam di Aston Manado, saya ga sempat mencicipi menu lain khasnya Manado, perut dan mulut saya ga bersahabat pada sariawan. Beli oleh-oleh pun tak sempat karena dikejar deadline di kota Surabaya. Bagi yang ingin ke Manado saya rekomendasikan bermalam di Hotel Aston Manado y. Semoga bermanfaat dan selamat traveling ke Manado.
Maka dari itu saya memutuskan penerbangan melalui bandara Husein Bandung meskipun transit dulu di Balikpapan.
Dari rumah saya sudah siap sekitar pukul 06.00 wib menunggu armada taksi yang tak kunjung datang bahkan ada drama kejar jemput segala maklum Contong masih belum dikenal luas oleh sebagian armada taksi *sedihnya*.
Selama perjalanan menuju bandara lagi-lagi saya dilanda kecemasan yup macet di Contong dan di Pasteur, duduk sudah gelisah bahkan saya sudah bikin drivernya juga panik karena Pak Boss sudah check in dari pukul 07.30 wib sementara penerbangan pukul 09.25 wib.
Tiba di Bandara pukul 08.15 wib saya bergegas memasuki kawasan bandara dan langsung menemukan pak boss yang sudah menunggu syantiek di ruang check in. Btw saya baru lagi ke Bandara Husein tampilannya sudah ciamik deh. Menunggu sekitar 1 jam akhirnya ada suara merdu memanggil kami yang hendak melakukan perjalanan ke Manado.
Baru kali ini saya menggunakan Lion Air dan bersyukur tidak ada drama delay seperti yang selalu jadi kisahnya itu.
Tak terasa waktu sudah pukul 11.45 wib namun di jam HP menunjukan pukul 12.45 wita baru sampe di Balikpapan hanya numpang pipis pesawat melanjutkan kembali perjalanan hingga ke Bandara Sam Ratulangi pukul 15.00 wita. Disambut dengan guyuran gerimis mengundang membuat Manado terasa adem.
Jangan tanyakan capek atau tidak? yang jelas saat tiba di bandara Sam Ratulangi perut saya benar-benar kelaparan sementara dari Bandara ke Hotel Aston Manado masih menempuh waktu perjalanan kurang lebih 1 jam. Oke fix di mobil jemputan saya hanya diam dengan sisa-sisa tenaga. Karena saya berfikir ketika transit saya bisa membeli cemilan ga taunya pesawat langsung lepas landas lagi.
Berputar-putar cari tempat makan akhirnya kami sampai di tempat makan. Saya yang bingung mau menu apa dan tentunya kelaparan langsung memesan nasi goreng. Tak butuh waktu lama nasi goreng langsung habis saya lahap lalu sampailah saya di Hotel Aston Manado.
Check in tidak membutuhkan waktu lama saya langsung diberikan Card lock lalu si mba Receptionistnya meminta saya untuk menunggu sebentar. Tak lama kemudian mba-nya memberikan segelas "Welcome Drink" juice jambu segar di sore itu.
Senyuman merekah saya berikan kepada mba-nya fikir saya tahu aja mbanya saya butuh yang segar-segar setelah seharian melakukan perjalanan. Kamar saya ada di lantai 10 lantai paling atas.
Setibanya di kamar, saya lalu menaruh peralatan dan bergegas untuk menjama solat ashar dan dzuhur. Selepas wudhu saya baru ngeh kemana ini arah kiblatnya, saya cari-cari keatas plafon tak jua muncul tanda arah kiblat.
Maka dengan segenap menggunakan feeling dan rumusan saya tetapkan kiblatnya sendiri. Sempat tanyakan mba-nya perihal kiblat tapi blio ga ngerti yang ditunjukin malah laci berisi Bibel dan Al-Quran hehehe.
Selepas solat, saya lalu menghubungi suami dan anak untuk skype-an sayangnya di hari pertama saya kesulitan mengaktifkan kamera leptopnya maka kami tak bisa bertatap muka. Perbedaan waktu satu jam ternyata membuat saya belum biasa.
Di Manado sudah adzan magrib di Bandung masih sore terang benderang. Dari kamar hotel saya masih bisa mendengarkan suara adzan meskipun sepanjang jalan memang saya tak melihat ada mesjid yang saya lihat justru banyak sekali gereja dengan tampilan yang luar biasa.
Tampilan kamarnya seperti ini, bikin saya betah ada dalam kamar terlebih kaki saya udah anakan kali ya saking pegelnya. Maka makan malam pertama di Aston Manado saya putuskan delivery room service.
Saya memilih Spagethi Cakalang Sambal Matah. Rasanya luar biasa pedas tapi enak tapi pedas begitu seterusnya sampe piringnya mengkilap. Harganya cuman 55ribu saja tapi rasanya mantep bikin saya mules padahal saya suka pedes hehehe.
Tak terasa waktu sudah larut, saya putuskan untuk mengistirahatkan tubuh yang letih. Sayangnya semakin larut suara mesin seperti mesin cuci yang sedang menggiling pakaian terdengar dari kamar. Lagi-lagi saya terbangun dan mata ini sulit terpejam.
Karena ga bisa tidur akhirnya saya ngoprek dan baru ketemu deh arah kiblat ternyata tersembunyi dalam laci. Alhamdulilah ternyata tadi saya solat benar arahnya.
Ketika kantuk sudah datang kembali akhirnya saya pun tertidur kembali. Dan terbangun oleh adzan subuh. Kebiasaan di rumah jika habis solat subuh saya masak lah ini di hotel maka bengong sendirian hahaha. Pagi itu saya membuka jendela kamar yang terhubung dengan balkon.
Pas buka jendela tak henti berdzikir melihat view yang indah sekali. Di balik balkon saya bisa memandangi laut dan ada jembatan Soekarno yang bangunannya mirip sekali jembatan pasopati Bandung. Indah nian Manado di balik balkon Aston ini.
Perjalanan dinas yang cukup singkat hanya menyisakan perjalanan Pabrik ke Aston membuat hayati lelah sangat. Makanan di Manado pedas-pedas alhasil 4 hari 3 malam disana mulut saya barusuh kalau kata orang sunda.
Setiap hari saya makan ke warung makan D'Penyetz yang letaknya ada disebrang hotel Aston ini. Menu menarik di D'Penyetz ini ada pisang goreng yang ditambah sambel, kali pertama sajian pisang dikasih sambel. Harganya cukup murah untuk sepiring pisang dibandrol 12 ribu, sedangkan ayam penyetnya 30ribuan mayan lah yah kalau di Cimahi mah masih murah disini cukup mahil.
Kembali ke Aston, untuk prepare packing perjalanan dinas ke Surabaya saya tak lupa me-laundry beberapa helai pakaian pada room service. Bingo masukin jam 7 pagi jam 4 beres namun berhubung saya tiba di hotel pukul 19.00 wib baju saya belum dianterin lalu dengan layanan cepat kilat pegawai room langsung mengantarkan sejumlah pakaian milik saya.
Total harganya 200ribu bikin saya melongo untuk laundrynya yang biasanya di Cimahi 8000/kilo ini sekali laundry 200ribu. Maka berkuranglah uang dinasnya wkwkwk.
Hari ke-4 telah tiba saya bergegas meninggalkan hotel Aston Manado menuju ke pabrik yang ada di Surabaya.
Perjalanan ini sangat melelahkan namun saya mensyukuri bisa menjejakkan kaki ini ke Manado. Apalagi bisa bermalam di Aston Manado hotel keren ini, saya kasih penilaian nilai 4 dari rate 5. Oiya tarif semalam disini Rp 690ribu/malam untunglah ini dinas dari kantor maka saya pun ga masalah hahaha.
Demikian kisah saya bermalam di Aston Manado, saya ga sempat mencicipi menu lain khasnya Manado, perut dan mulut saya ga bersahabat pada sariawan. Beli oleh-oleh pun tak sempat karena dikejar deadline di kota Surabaya. Bagi yang ingin ke Manado saya rekomendasikan bermalam di Hotel Aston Manado y. Semoga bermanfaat dan selamat traveling ke Manado.