Apa benar mendapatkan pekerjaan itu susah? Seringkali pekerjaan bagi saya diibaratkan dengan jodoh. Kalau sudah berjodoh sekalipun banyak pesaing yang melamar maka pekerjaan tersebut akan tetap menjadi milik kita.
Namun layaknya jodoh kita tidak akan pernah puas jika kita tidak mensyukuri apa yang sudah menjadi milik kita.
Melihat yang gajinya besar lalu dengan mudah kita tanggalkan komitmen di satu perusahaan dan dengan cepat move on ke perusahaan lain.
Namun layaknya jodoh kita tidak akan pernah puas jika kita tidak mensyukuri apa yang sudah menjadi milik kita.
Melihat yang gajinya besar lalu dengan mudah kita tanggalkan komitmen di satu perusahaan dan dengan cepat move on ke perusahaan lain.
Tak sanggup dengan lokasi kerja yang jauh dengan cepat kita tinggalkan pekerjaan yang sudah jatuh bangun kita dapatkan. Tak mampu menerima lingkungan kerja yang kurang menyenangkan akhirnya baper dan menjadi fikiran. Lagi-lagi resign menjadi solusi.
Jika kita selalu mencari yang sempurna sampai kapanpun tidak akan pernah kita temukan dan hal ini membuat kita kurang mensyukuri yang ada. Karena selalu kesempurnaan hanya milik Alloh. Mencari pekerjaan pun sama seperti mencari jodoh.
Benarkah Sulit Mencari Pekerjaan?
Umumnya mengharapkan pekerjaan yang gajinya besar, lokasinya cuman 5 menit dari rumah, atasannya baik, rekan kerjanya enak tapi sayang jika kita tidak berjodoh maka tidak akan pernah kita temukan. Mesti ada saja yang menjadi plus dan minus dari setiap pekerjaan yang kita butuhkan.
Sempat ada yang bertanya kepada saya, mengapa sulit mendapatkan pekerjaan baginya? apakah karena daerahnya susah lowongan kerja? atau karena kompetensinya yang kurang?.
Seiring dengan pertanyaan tersebut saya ingin mengulas perbandingan beberapa jawaban yang selalu saya temukan antara pelamar yang tinggal di kota dan di kampung.
Seiring dengan pertanyaan tersebut saya ingin mengulas perbandingan beberapa jawaban yang selalu saya temukan antara pelamar yang tinggal di kota dan di kampung.
Saya selalu menanyakan hal ini : Apa rutinitas yang dilakukan sehari-hari selama belum mendapatkan pekerjaan ?
1. Saya sehari-hari baca buku
2. Saya sukanya internetan ya baca-baca berita
3. Saya sukanya nonton TV
4. Saya lebih banyak nongkrong, ketemu sama teman-teman yak sapa tahu ada kerjaan
5. Saya diem saja di rumah palingan kalau disuruh emak jemput ade baru deh keluar
Jawaban mereka yang tinggal di kampung :
1. Sehari-hari saya bantuin orangtua nyangkul di sawah
2. Selama ini untuk bisa sekolah dan bantu ortu saya ikut jadi kuli bangunan bikin rumah
3. Saya bantuin ibu yang bekerja sebagai penyadap karet
4. Saya bantuin bapak ngurus kebon sayur
5. Saya ikut ke pasar angkut barang dan jualan di pasar
Kembali ke pertanyaan sebelumnya sulitkah mendapatkan pekerjaan? saya katakan "TIDAK" kita bisa lihat jawaban-jawaban dari mereka yang tinggal di kampung.
Apapun mereka lakukan karena itu merupakan kerjaan dari nyangkul, nguli sampe ngangkut barang itu juga kerjaan.
Bedanya hanya pekerjaan tersebut lebih mengandalkan otot yang kuat. Jadi dimanapun kita tinggal maka lapangan pekerjaan itu tersedia tergantung bagaimana kita yang menciptakan peluangnya menjadi uang.
Apapun mereka lakukan karena itu merupakan kerjaan dari nyangkul, nguli sampe ngangkut barang itu juga kerjaan.
Bedanya hanya pekerjaan tersebut lebih mengandalkan otot yang kuat. Jadi dimanapun kita tinggal maka lapangan pekerjaan itu tersedia tergantung bagaimana kita yang menciptakan peluangnya menjadi uang.
Bagaimana dengan kompetensi yang kurang? sehingga sulit dapat kerja. Sebenarnya kompetensi sendiri akan muncul dan terasah sesuai dengan lingkungan kita berada.
Jika memang hanya sekedar malas-malasan selama menjadi pengangguran saya rasa tidak akan bertambah kompetensi yang ada bertambah berat badan.
Memang baik jika mengisi waktu hal yang positif, membaca menurut saya penting untuk nutrisi otak tetapi selain menambah kompetensi dalam ranah meluaskan wawasan ada yang lebih penting dari itu.
Jika memang hanya sekedar malas-malasan selama menjadi pengangguran saya rasa tidak akan bertambah kompetensi yang ada bertambah berat badan.
Memang baik jika mengisi waktu hal yang positif, membaca menurut saya penting untuk nutrisi otak tetapi selain menambah kompetensi dalam ranah meluaskan wawasan ada yang lebih penting dari itu.
Misalnya kompetensi untuk Team Work bisa kita asah seperti jawaban-jawaban mereka yang tinggal di kampung. Kerjasama sama ortu setelah beresin rumah, ikut nyangkul lalu ikut jualan dan segala rupa.
Yang pada akhirnya ketika mereka gabung di perusahaan mereka sudah memiliki team work dasarnya jadi ga perlu takut mereka bakal selfish kalau kerja.
Yang pada akhirnya ketika mereka gabung di perusahaan mereka sudah memiliki team work dasarnya jadi ga perlu takut mereka bakal selfish kalau kerja.
Sebenarnya saya tidak menyudutkan mereka yang tinggal di kota tetapi hampir sebagian yang saya temui jawabannya sama seperti itu.
Mohon maaf saya jadi ngeliatnya wah enak yo santey kayak di pantey, effort buat lebih ga ada sementara ekspektasi dapat kerjaan dengan gaji gede luar biasah.
Maunya serba instan padahal di dunia ini tidak ada yang instan "mie instan saja mesti di rebus dulu biar mantap makannya" pun sama dengan kerjaan. *lagi-lagi pake analogi mie instan..bosyaaan* :p
Mohon maaf saya jadi ngeliatnya wah enak yo santey kayak di pantey, effort buat lebih ga ada sementara ekspektasi dapat kerjaan dengan gaji gede luar biasah.
Maunya serba instan padahal di dunia ini tidak ada yang instan "mie instan saja mesti di rebus dulu biar mantap makannya" pun sama dengan kerjaan. *lagi-lagi pake analogi mie instan..bosyaaan* :p
Perbanyak kegiatan selama menganggur, nonton tv boleh asyal ga keseringan, nongkrong boleh asyal jangan tiap hari kesian juga kali ortu masih mesti support kegiatan hahahihimu sama teman-teman.
Kalau dibilang please deh masa iyak siy Guweh gitu mesti nguli? mesti jualan ke pasar? mesti nyangkul? biar dilirik sama recruiter? apa kata dunia minceu?.
Kalau dibilang please deh masa iyak siy Guweh gitu mesti nguli? mesti jualan ke pasar? mesti nyangkul? biar dilirik sama recruiter? apa kata dunia minceu?.
Saya ga saranin ngikutin kayak mereka yang tinggal di kampung tapi silahkan cari kegiatan yang bermanfaat sekiranya banyak menambah kompetensimu yang bermanfaat jika kalian gabung di perusahaan.
Bisa jadi kita jeli melihat suatu kegiatan yang akhirnya menjadi lapangan kerja ga hanya buat diri kita tetapi buat orang lain, selalu melihat peluang menjadi uang.
Bisa jadi kita jeli melihat suatu kegiatan yang akhirnya menjadi lapangan kerja ga hanya buat diri kita tetapi buat orang lain, selalu melihat peluang menjadi uang.
Jangan dikit-dikit salahkan pihak lain ketika kita susah dapetin kerjaan, saya pernah baca ada yang sampe salahin pemerintah karena janji palsu mau ciptain lapangan kerja.
Menurut hemat saya daripada nungguin mendingan proaktif mendingan inisiatif sendiri buat cari sendiri.
Kita bukan hidup di luar yang serba ditanggung pemerintahnya tapi disini kita dituntut untuk survive dengan memutar otak kita supaya kita kreatif dan menghasilkan bukan? Saya banyak melihat mereka yang mengandalkan kreatifitasnya mampu ciptakan lapangan kerja luar biasa.
***
Demikian ulasan saya semoga bisa bermanfaat, sebagai recruiter saya lebih suka pelamar yang ga berpangku tangan selama ia belum mendapatkan pekerjaan.
Tidak susah untuk mendapatkan pekerjaan jika mindset kita tidak terlalu ideal untuk dapatkan satu pekerjaan. Pekerjaan seperti jodoh susah gampang kita yang menentukan sendiri. Semoga selalu menjadi pribadi yang produktif dan bermanfaat untuk orang lain.
Tidak susah untuk mendapatkan pekerjaan jika mindset kita tidak terlalu ideal untuk dapatkan satu pekerjaan. Pekerjaan seperti jodoh susah gampang kita yang menentukan sendiri. Semoga selalu menjadi pribadi yang produktif dan bermanfaat untuk orang lain.