Seringkali dalam kehidupan sehari-hari kita di hadapkan dengan sebuah tugas yang baru, tantangan yang baru, rutinitas yang baru membutuhkan keahlian, kecakapan dan utamanya kemampuan dalam menyelesaikan segala sesuatunya dengan baik. Namun sayangnya reflek kita akan menyerah terlebih dahulu, belum dicoba sudah berkata itu susah, belum di kerjakan sudah bilang ga bisa. Mindset kita sendiri, reflek kita sendiri yang akhirnya mematahkan usaha kita sendiri.
Salah satu contoh misalnya Anda di minta untuk menuliskan nama dengan menggunakan tangan yang tidak biasa menulis. Bagi mereka yang selalu menggunakan tangan kanan maka tangan kiri yang menuliskan dan sebaliknya. Bagaimana respon dari pengerjaan tugas sederhana tersebut?rata-rata ketika ditanyakan maka rangkuman jawabannya sebagai berikut :
1. Ada yang menjawab Susah
2. Bisa tapi jelek
3. Ga rapih
4. Rumit
5. De El El
Rata-rata memberikan respon negatif bukan?seperti kata susah, rumit, jelek. Padahal yang di minta adalah bisakah kita menulis dengan menggunakan tangan yang tidak biasa untuk menulis. Maka seharusnya jawabannya adalah BISA. Kalaupun di akhir jawaban bisa ada embel-embel juga. Sebenarnya kita bisa untuk mengerjakan sayangnya selalu terpatahkan oleh reflek kita dengan bilang susah, ga bisa dan lain sebagainya.
Lagi-lagi saya belajar dari perilaku anak saya yang baru menginjak 3 tahun. Semisal ia kesulitan untuk membuka baju, mengenakan mukena atau memakai sepatu ia akan reflek berteriak "Bunnn ga bisa ini" sambil ngambek. Apa yang saya lakukan?saya ga spontan untuk menolongnya tapi saya membiarkan dia menyelesaikan masalahnya sendiri. Aih jahat amat ya saya?hahaha ga kok saya lakukan itu memiliki tujuan :
1. Jika saya langsung membantunya maka ia tidak akan terbiasa untuk selesaikan masalahnya sendiri akan selalu ada saya di tengah konfliknya. Saya ga ingin sampai ia gede ia bergantung pada orang lain. Say NO!
2. Ketika saya membantunya langsung maka reflek dia setiap kesulitan selalu sama "bun ga bisa" belum di coba, belum di lakukan sudah bilang ga bisa. Maka saya akan mengatakan kepada anak saya "sudah di coba belum?coba lakukan dulu mau kapan bisanya jika terus bunda bantu". Saya lihat anak saya akan berusaha lagi meskipun sambil gerutu ah ih uh eh oh. Hasilnya?yang tadinya ngambek akhirnya tertawa riang "yes aku bisa, aku pinter ya bun" hahaha muji dirinya sendiri. Dan itu membuat dia terbiasa ternyata mudah kok.
Hal lain di rumah adalah saya membiasakan anak saya untuk merapikan mainannya sendiri. Tujuannya tentu selain disiplin, mengajarkan pula untuk menempatkan sesuatu pada tempatnya. Awal mula saya suruh rapikan respon dia sama "ga bisa" tapi tetap saya paksa untuk merapikan terlebih dahulu sebelum ia pindah aktifitas. Di paksa untuk melakukan itu responnya adalah anak saya membereskan tapi dengan penuh derai air mata. Kerasa banget sama anak saya bahwa membereskan mainan itu beban yang berat dan keterpaksaan.
Setelah berapa lama dari paksa rela menjadi sukarela anak saya mampu membereskan mainannya. Lama-lama hal ini akan menjadi habit. Meskipun terkadang masih perlu suara Sopran saya agar mereminder dia untuk merapikan mainan. Bedanya sudah tidak ada derai air mata yang ada senyuman ikhlas.
Saya coba menangkap di dunia kerja, sepertinya memang mengerjakan sesuatu yang baru di luar rutinitas itu dirasakan beban oleh karyawan. Awalnya menggerutu, belum dicoba ngerjain tugasnya sudah bilang "Pak mana bisa saya kerjain tugas begini" selalu seperti itu yang saya dengar. Hal-hal yang seperti ini sudah menjadi habit dan mindset dalam dirinya menjadikan ia ga pernah bisa lakuin apapun yang baru. Padahal sesuatu yang baru akan mudah dilakukan jika kita sudah terbiasa melakukannya.
Sama setiap orang yang sudah sukses baik dalam bidang menulis, sukses dalam bisnis, sukses menjadi atlet seperti yang sedang sekarang kita rasakan kemenangannya pasangan duet Tontowi/Liliyana Natsir sebelumnya mungkin di awal mereka belum bisa dan expert dalam badminton namun lama kelamaan mereka menjadi biasa karena sering latihan atau ritual-ritual lainnya yang awalnya terpaksa dilakukan menjadi biasa dilakukan yang akhirnya mereka bisa menggondol medali emas untuk Indonesia #Proud.
Demikian ulasan saya, Tidak ada yang Tidak Bisa Kalau sudah Biasa Mengerjakannya. Yang tadinya terpaksa akan menjadi ketulusan jika kita mampu untuk melakukannya.
Nyomot dari Google |