I'm writing about...

Kepergian ART Setelah Lebaran

Bagi yang sudah masuk kerja saya ucapkan selamat datang kembali dengan segudang rutinitas yang harus segera diselesaikan di kantor. H+3 masuk kantor masih belum seramai biasanya dan ternyata masih ada yang memperpanjang cutinya. Pasca lebaran ternyata memberikan efek ruarr biasa untuk ibu bekerja pasalnya ART yang dinanti tak kunjung balik. Kalau sudah begini berasa banget ART kayak DPO hahaha.

Pada hari senin yang lalu, sebut saja ibu Apel ketika saya mau menunaikan solat tiba-tiba dia memanggil saya. Wajahnya terlihat cemas, gelisah, bingung sebagai rekan kerja yang baik *preet* saya mencoba mendengarkan keluh kesahnya. Dan ternyata keluhannya adalah ARTnya akan pergi takkan kembali lagi dengan alasan ARTnya punya anak dan anaknya mau sekolah TK. Bagaikan kecipratan air got paniknya ibu Apel mendengarkan penjelasan ART-nya. Ibu Apel tak tahu lagi harus mencari kemana penggantinya.

Kemarin hari selasa, sebut saja ibu Jeruk tiba-tiba menyapa lewat skype dan berujung bertanya mengenai Daycare. Sebelum Lebaran pun ada rekan kerja yang akhirnya memutuskan resign dengan tangis & air mata karena lagi-lagi masalah ART. Fenomena kepergian ART setelah lebaran sudah sering muncul. Saya sendiri sangat bersyukur memiliki ART yang datang sendiri pulang tak perlu diantar wkwkwk bahkan ia menunjukan engagement untuk bekerja dengan saya lewat keputusannya pindah kontrakan yang dekat dengan rumah saya. *terharu*
Fenomena kepergian ART sering membuat ibu bekerja jadi gegana (gelisah galau dan merana). Alih-alih pasca lebaran bisa punya semangat baru kembali kerja malah justru sebaliknya.


Setelah mendengar kasus yang terjadi dengan rekan kerja saya tersebut lalu saya memberikan beberapa alternatif solusi :

1. Berhubung waktu kerja sudah datang jatah cuti semakin tipis maka tak mungkin jika ibu Apel maupun ibu Jeruk cuti kembali sementara pekerjaan sudah menunggu di selesaikan maka saya menyarankan untuk meminta sanak saudara terdekat yang masih libur atau tidak punya pekerjaan untuk sementara tinggal menjaga anaknya. Sambil mencari-cari pengganti ART. 
Dengan catatan segala keperluan anak sudah disiapkan betul dan tak lupa memberitahukan perihal kebiasaan anak kita agar anak tidak rewel. Tentunya dibarengi dengan keyakinan dan kepercayaan sepenuhnya agar anak kita tidak rewel diasuh saudara yang tak biasa mengasuhnya.

2. Coba untuk mengikuti program Daycare, kebetulan saya pernah menitipkan anak di DC jadi pengalaman saya tersebut coba di bagikan. Dari memilih lokasi, biaya, fasilitas dan terutama pengasuhnya. 

3. Mencari yayasan yang menyalurkan ART, namun hal ini tidak saya jadikan prioritas alternatif solusi pasalnya yayasan belum tentu menjamin ART-nya. *agak ngeri zaman sekarang* jika sudah kepepet mungkin bisa dicari yayasan yang sesuai harapan.

4. Saya dulu pernah tinggal di komplek perumahan dan ART-nya saling kenal. Jadi bisa coba tanya-tanya kepada ART yang bekerja di tetangga kita sapa tau punya saudara, tetangga, teman, kerabat yang butuh kerjaan dan mau menjadi ART

5. Memanggil ortu/mertua jika masih ada untuk sementara direpotkan, jika sudah tiada maka coba titipkan ke tetangga yang mau menerima kehadiran anak kita sebagai alternatif kepepet hehehe.

Jika sudah dicoba segala usaha namun gagal mungkin sudah saatnya untuk berhenti bekerja demi keluarga. Jangan menyesali toh yang saya lihat menjadi IRT bukanlah hal buruk seperti yang saya lihat dalam komunitas blogger benar-benar luar biasa menjadi IRT namun produktif, bahkan saya saja belum sanggup untuk produktif. hehehe
Bicarakan dengan suami untuk setiap keputusan yang akan diambil jika masih gegana kembalikan urusan kepada pemilikNya insyaAlloh ada petunjuk yang diberikan.

Kepergian ART bukanlah akhir segalanya, jika solusi A belum berhasil masih ada solusi B hingga Z. Setiap permasalahan pasti ada pemecahannya tinggal diri kitanya sendiri yang menentukkan.
Mulai sekarang hempaskan beban yang menjadi pikiran, kepergian ART setelah lebaran bukan masalah utama.