Baca judul ini pasti langsung teringat sosok Mas Anang dengan jari tangan melingkar didada, ekspresi nelangsa tapi sumpah dapet banget soul di lagu ini (halah apa si saya ko laganya seperti komentator) hahaha. Skip..skip prolognya ntar malah ngegosip, otak kita langsung merecall sosok KD deh hehehe.
Semua orang tentunya pernah merasakan patah hati sama seperti Mas Anang begitu patahnya hati hingga di reflesikan dalam sebuah lagu yang liriknya mendalam. Pun sama dengan saya, ya saya pernah mengalami patah hati yang begitu sakit dan hebatnya. Patah hati kehilangan ibunda tercinta untuk selama-lamanya. Jika semua orang pernah patah hati karena pacar dan mereka bilang sakitnya tuh disini *tunjuk hati itu semuanya ga ada apa-apanya dibandingkan dengan kehilangan ibu.
Galau sekali saat itu, jangan ditanya berapa ember yang menampung air mata saya kala itu. H+1 setelah Ibunda tercinta dikuburkan, saya hanya bisa berdiam diri di kamar. Menangis tanpa suara, sesak sekali rasanya. Hingga pertanyaan muncul di benak "mengapa harus Mamah?saya sudah menjadi anak baik no alcohol, no drugs, no free sex, no-dong di terminal juga ga pernah, bahkan no-ngol di club pun tak sejengkal kaki ini pernah masuk. 8 tahun yang lalu, saya memang masih kekanakkan, jiwa muda bergejolak hingga tak mampu menerima suratan takdir bahwa maut akan datang kapanpun memisahkan dengan orang yang paling di cintai.
Bulak balik ke makam, menangis sepanjang jalan, sampe rumah makan enggan hanya pengennya solat cepet biar bisa berdoa dan titip salam buat Mamah di Sana. Sekalipun Sheila on 7 manggung depan rumah tak akan mampu obati luka hati saya saat itu. Semua menghibur tapi tak mampu menghapus kesedihan saya. Menyodorkan makanan favorit, membelikan pakaian idaman hingga kalung sebagai pelipur duka tak sanggup membuat saya smile ala Caesar YKS, 2 cm pun bibir ini ga sanggup buat senyum.
Sebulan setelah kepergian ibunda, saya mulai bangkit dan merenung. Apa mesti hidup saya berhenti dan memupuskan segala impian yang udah Mamah titipkan dalam doa dan harapannya selama hidup?tentu itu hal terbodoh jika saya mesti hancur. Perlahan memulihkan duka hingga akhirnya saya mencoba bangkit. 8 tahun lalu, saat itu saya sedang menyusun skripsi, sedang berjuang demi gelar di belakang nama sebagai harapan Mamah akhirnya saya mulai kembali menjalankan rutinitas, kembali mengejar harapan itu. Skripsi dikejar hingga 2 bulan kemudian di sarankan sidang oleh dosen pembimbing.
Ketika sedang memulai menata kembali hidup tanpa Mamah, mulai kembali untuk berjuang ditambah tanggal sidang yang telah ditetapkan. H-24 menuju sidang, saya kembali patah hati yang kedua pasalnya Ayahanda mengumandangkan pernikahan dengan istri barunya H-1 sebelum pernikahan. Retak hati adinda di tambah sedang prepare buat sidang skripsi di kostan sendirian pulak. Y malam itu saya konser live menangis sepanjang malam hingga di sms terus sama teman kosan. Apadaya saya patah hati terlebih Ayahanda ga ngenalin calonnya tau-tau besok uda nikah. Cubit Hayati bang cubit ini mimpi kan?sempet terbesit seperti itu namun sayang ternyata itu semua real.
2x patah hati karena orang yang sangat berpengaruh dalam hidup. Satu pergi selamanya yang satu lagi pergi bersama kehidupan yang baru. Pada masa itu pula, Kakak satu-satunya uda nikah dan dibawa suami. Maka rumah pun kosong sementara saya kos di Bandung hingga akhirnya rumah pun dijual dan Ayahanda lebih memilih rumah baru bersama yang baru. Saya gigit jari pulang kemana entar lebaran?lalu nangis lagi. Alhamdulilah ada kakaknya Almh. mamah yang bersedia menerima kedatangan saya dan menganggap saya sebagai anaknya sendiri.
Inilah yang akhirnya membuat cambukan untuk saya mesti mandiri dan menata kembali masa depan. Beruntung memiliki teman-teman yang mampu menghibur, yang mengisi kekosongan hati setelah dilanda sakit bertubi-tubi. Itu semuanya menjadikan indah dalam hidup. Sampai akhirnya saya berhasil menjadi lulusan terbaik dari satu angkatan dan lulusan pertama dari satu angkatan fak. psikologi. Tak lama saya diterima kerja, terpilih dalam pelaksanaan psikotes Anggota DPR. Bangga bukan?tentu karena semuanya dilalui dengan peluh dan air mata.
Akhirul kalam dari tulisan ini, semoga bisa bermanfaat untuk semuanya. Saya berfikir untuk apa saya terjerumus dalam hal yang ga baik. Saya inget setiap apa yang saya lakukan akan berimbas kepada orang disekeliling saya termasuk ibunda yang ada di Sana. Berfikir positif bahwa Alloh takkan memberikan ujian sehebat ini tanpa saya bisa melaluinya, sudah diatur sedemikian rupa sehingga saya terpilih menghadapi ujian ini. Kisah ini yang mengubah hidup saya hingga sekarang saya sudah mampu smile dan joget ala Caesar. Lagu D'Massiv menjadi backsong hidup saya "Jangan Menyerah". Bersyukur untuk segala nikmat yang Alloh berikan. Itulah kunci keterpurukan saya ketika separuh jiwa saya pergi. Dan terutama saya mencoba katarsis ke hal-hal positif, percayalah tidak ada luka yang tidak terobati.
Sebulan setelah kepergian ibunda, saya mulai bangkit dan merenung. Apa mesti hidup saya berhenti dan memupuskan segala impian yang udah Mamah titipkan dalam doa dan harapannya selama hidup?tentu itu hal terbodoh jika saya mesti hancur. Perlahan memulihkan duka hingga akhirnya saya mencoba bangkit. 8 tahun lalu, saat itu saya sedang menyusun skripsi, sedang berjuang demi gelar di belakang nama sebagai harapan Mamah akhirnya saya mulai kembali menjalankan rutinitas, kembali mengejar harapan itu. Skripsi dikejar hingga 2 bulan kemudian di sarankan sidang oleh dosen pembimbing.
Ketika sedang memulai menata kembali hidup tanpa Mamah, mulai kembali untuk berjuang ditambah tanggal sidang yang telah ditetapkan. H-24 menuju sidang, saya kembali patah hati yang kedua pasalnya Ayahanda mengumandangkan pernikahan dengan istri barunya H-1 sebelum pernikahan. Retak hati adinda di tambah sedang prepare buat sidang skripsi di kostan sendirian pulak. Y malam itu saya konser live menangis sepanjang malam hingga di sms terus sama teman kosan. Apadaya saya patah hati terlebih Ayahanda ga ngenalin calonnya tau-tau besok uda nikah. Cubit Hayati bang cubit ini mimpi kan?sempet terbesit seperti itu namun sayang ternyata itu semua real.
2x patah hati karena orang yang sangat berpengaruh dalam hidup. Satu pergi selamanya yang satu lagi pergi bersama kehidupan yang baru. Pada masa itu pula, Kakak satu-satunya uda nikah dan dibawa suami. Maka rumah pun kosong sementara saya kos di Bandung hingga akhirnya rumah pun dijual dan Ayahanda lebih memilih rumah baru bersama yang baru. Saya gigit jari pulang kemana entar lebaran?lalu nangis lagi. Alhamdulilah ada kakaknya Almh. mamah yang bersedia menerima kedatangan saya dan menganggap saya sebagai anaknya sendiri.
Inilah yang akhirnya membuat cambukan untuk saya mesti mandiri dan menata kembali masa depan. Beruntung memiliki teman-teman yang mampu menghibur, yang mengisi kekosongan hati setelah dilanda sakit bertubi-tubi. Itu semuanya menjadikan indah dalam hidup. Sampai akhirnya saya berhasil menjadi lulusan terbaik dari satu angkatan dan lulusan pertama dari satu angkatan fak. psikologi. Tak lama saya diterima kerja, terpilih dalam pelaksanaan psikotes Anggota DPR. Bangga bukan?tentu karena semuanya dilalui dengan peluh dan air mata.