Seringkali ada yang menanyakan mengapa si A yang masuk sedangkan saya yang jauh lebih pandai ga masuk *nangis guling-guling atau ada pertanyaan dari user (atasan) mengapa si B tidak perform sementara hasil psikotesnya jauh lebih baik dari si C? *tolong jelaskan apa maksudnya.
Sepenggal pertanyaan yang bikin hayati lelah lalu lari ke hutan hahaha.
Sudahkah kita jujur dalam psikotes? semoga kita tidak akan membohongi orang lain apalagi membohongi diri sendiri. Dibalik Psikotes terdapat Individu yang Unik, dibalik psikotes terdapat kejujuran dalam pengisian, Men sana in corperisano Gw kesana elo kesono hahaha (ga nyambung)
Semangatttt Pagiii....
Psikotes merupakan serangkaian tes yang diberikan kepada calon karyawan dalam dunia kerja.
Dalam dunia klinis juga ada psikotes dengan tujuan yang beda. Kalau di dunia kerja tentunya untuk melihat potensi maupun kompetensi calon karyawan yang hendak gabung bersama di kantor maka tentunya saya maupun tim HRD akan memberikan serangkaian tes yang disesuaikan dengan kebutuhan pada posisi tertentu sesuai permintaan user (atasan) berdasarkan aturan yang ada dalam manajemen.
Sedangkan di dunia klinis pun sama melihat potensi individu namun lebih ke ranah psikisnya misalnya mau liat individu skizofrenia maka akan diberikan serangkaian tes untuk melihat kecenderungan potensi skizofrenia tersebut.
Dalam dunia klinis juga ada psikotes dengan tujuan yang beda. Kalau di dunia kerja tentunya untuk melihat potensi maupun kompetensi calon karyawan yang hendak gabung bersama di kantor maka tentunya saya maupun tim HRD akan memberikan serangkaian tes yang disesuaikan dengan kebutuhan pada posisi tertentu sesuai permintaan user (atasan) berdasarkan aturan yang ada dalam manajemen.
Sedangkan di dunia klinis pun sama melihat potensi individu namun lebih ke ranah psikisnya misalnya mau liat individu skizofrenia maka akan diberikan serangkaian tes untuk melihat kecenderungan potensi skizofrenia tersebut.
Setiap tes yang diberikan masing-masing perusahaan ada yang berkiblat pada psikotes general ada yang develop sendiri biar menyesuaikan dengan visi, misi maupun corporate culture suatu perusahaannya.
Yang kiblatnya psikotes general ada loh yang menggunakan alat tes yang uda di bawa dari tahun 1983 (kata Fasilitator siy) tanpa adanya modifikasi. Padahal seiring berkembangnya zaman tuh soal uda kagak relevan sama kondisi kekinian. Yang sering ngelamar dan ikut psikotes pasti hafal banget sama tes ini hahaha (cung yang tahu tes apa ini?).
Yang kiblatnya psikotes general ada loh yang menggunakan alat tes yang uda di bawa dari tahun 1983 (kata Fasilitator siy) tanpa adanya modifikasi. Padahal seiring berkembangnya zaman tuh soal uda kagak relevan sama kondisi kekinian. Yang sering ngelamar dan ikut psikotes pasti hafal banget sama tes ini hahaha (cung yang tahu tes apa ini?).
Psikotes sendiri biasanya kalau dunia kerja mengarah kepada intelegensi dan kepribadian. Jadi untuk yang berbau intelegensi ada standar hasil kelolosannya kalau hasil tesnya minimal sori dori mori stroberi anda gagal cin yang tabah ya dunia ga berakhir sampe sini kok hehehe.
Kalau untuk berbau kepribadian kadang fleksibel tergantung posisi yang di lamarnya. Pernah ada yang komen jika tes kepribadian ini tidak ada jawaban benar dan salah, memang betul karena kan kita melihat kecenderungan individu memiliki tipe seperti apa karena itu kebanyakan tes kepribadian gampang ga kayak tes intelegensi.
Kalau untuk berbau kepribadian kadang fleksibel tergantung posisi yang di lamarnya. Pernah ada yang komen jika tes kepribadian ini tidak ada jawaban benar dan salah, memang betul karena kan kita melihat kecenderungan individu memiliki tipe seperti apa karena itu kebanyakan tes kepribadian gampang ga kayak tes intelegensi.
Apabila sudah diapatkan hasilnya maka akan di combine sama tim rekruitmennya, jika hasil tes intelegensi memenuhi syarat dan tipe kperibadiannya cocok dengan posisi yang dilamar maka akan lanjut Interview.
Misalnya gini sedang dibutuhkan admin, maka kami akan mencari tipe yang teliti, teratur, ga banyak omong sedangkan hasil psikotesnya ga perlu yang bagus sekali karena menyesuaikan kerjaan rutinitas yang ga perlu problem solving.
Beda lagi ketika mencari kandidat marketing manager tentunya diperlukan yang pandai menjalin relasi, bisa mempengaruhi orang lain, komunikasinya baik dan hasil psikotesnya akan mencari yang hasilnya tinggi karena selevel manager tentunya diperlukan kemampuan problem solving, decision making maupun analisa. Kira-kira seperti itu.
Misalnya gini sedang dibutuhkan admin, maka kami akan mencari tipe yang teliti, teratur, ga banyak omong sedangkan hasil psikotesnya ga perlu yang bagus sekali karena menyesuaikan kerjaan rutinitas yang ga perlu problem solving.
Beda lagi ketika mencari kandidat marketing manager tentunya diperlukan yang pandai menjalin relasi, bisa mempengaruhi orang lain, komunikasinya baik dan hasil psikotesnya akan mencari yang hasilnya tinggi karena selevel manager tentunya diperlukan kemampuan problem solving, decision making maupun analisa. Kira-kira seperti itu.
Sampai disini jelas ya kalau misalnya ada lagi yang bilang saya bisa ngerjain dan saya lebih pandai dari dia tapi ga diterima maka terjawab sudah seperti yang telah diuraikan di atas. Jika yang sudah diterima namun tidak perform mungkin saja lingkunganya ga menerima maka dari itu potensinya tenggelam seiiring lingkungan yang ga dukung individu tersebut.
Tapi dibalik itu semua, psikotes hanyalah tools yang digunakan oleh kami para recruiter dalam mencari pria idaman calon karyawan yang tepat. Recruiter bukanlah Tuhan yang mampu memprediksi si A akan begini, si B akan begitu. Ampun bapak dan ibu jika di kemudian hari ada yang ga beres sama karyawannya hahaha.
Karena seketat apapun kita awasi tentunya hanya pribadi masing-masing yang mau jujur dalam memberikan penilaian terhadap dirinya. Jika ia faking good so sorry mereka telah mengelabui kita. Ini yang ga akan bisa kita kendalikan. Kecuali si individu memang merasa terawasi oleh yang Diatas dan takut dicatat kedua malaikat disamping kiri dan kanannya akan beda ceritanya.
Karena seketat apapun kita awasi tentunya hanya pribadi masing-masing yang mau jujur dalam memberikan penilaian terhadap dirinya. Jika ia faking good so sorry mereka telah mengelabui kita. Ini yang ga akan bisa kita kendalikan. Kecuali si individu memang merasa terawasi oleh yang Diatas dan takut dicatat kedua malaikat disamping kiri dan kanannya akan beda ceritanya.
Sumber : google |
Semangatttt Pagiii....